Oleh: Nirwana Sadili
Linimasanews.com—Sekarang kita sudah berada di awal bulan Sya’ban dan tinggal hitungan hari memasuki bulan Ramadhan, bulan mulia yang penuh berkah. Kaum Muslim seluruh dunia bergembira menanti datangnya Ramadhan. Sejak memasuki bulan Rajab, doa “Allahumma bariklanaa fii Rajab wasya’ban wabaalignaa Ramadhan,” senantiasa dipanjatkan kepada Allah ﷻ oleh kaum Muslim sebagai tanda kerinduan akan datangnya bulan mubarak ini.
Keutamaan Bulan Ramadhan
Kaum Muslim harus menguatkan ingatan akan banyaknya kebaikan dan keutamaan-keutamaan yang ada di dalam bulan Ramadhan di antaranya: Pertama, diampuni dosa-dosa, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan dengan mengharapkan ridha-Nya, maka diampuni dosa-dosanya yang dilakukan di masa lalu.”(HR.Bukhari [38], An-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
Kedua, dikabarkan dari Rasulullah bahwa pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Dari Abu Hurairah Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ketika tiba malam pertama bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin durhaka dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, sehingga tidak ada satu pintu neraka pun yang dibuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak ada satu pintu surga pun yang ditutup. Lalu seorang berseru, wahai pencari kebaikan maka sambutlah, wahai pelaku kejahatan, maka tahanlah. Dan milik Allah-lah orang-orang yang dibebaskan dari neraka dan hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Ibnu Majah [1642], Ibnu Hibban, dan Al-Baihaki)
Hadits dengan lafadz yang berbeda diriwayatkan Abu Hurairah ra, “Jika Ramadhan tiba, maka pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam dikunci, dan setan-setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari [1899], Muslim, An-Nasai, Ahmad, dan Ad-Darimi dengan redaksi kalimat yang berbeda-beda)
Ketiga, dilipatgandakan pahala. Dari Abu Hurairah Rasulullah ﷺ bersabda,
( كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ )
“Semua amal Bani Adam akan dilipatgandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuhratus kali lipat. Allah ﷻ berfirman, ‘kecuali puasa, maka ia untukku-dan Aku yang akan memberikan pahalanya.”
Hadits-hadits tersebut, memberi motivasi yang kuat pada kita untuk memaksimalkan amalan di bulan Ramadhan. Sebagai orang yang cerdas akan memanfaatkan momen ini dengan bersungguh-sungguh melaksanakan amalan wajib dan memperbanyak amal sunnah, sebagai usaha yang dilakukan menjadi orang yang dilayakkan Allah masuk surga.
Persiapan Menghadapi Bulan Ramadhan
Untuk menghadapi bulan Ramadhan, kaum Muslim harus menumbuhkan kesadaran bahwa berpuasa dan melakukan amal-amal saleh di bulan Ramadhan bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi merupakan syariat yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mendorong diri melakukan perbuatan yang disyariatkan. Karena amal yang diterima di sisi Allah adalalah amal yang dilakukan ikhlas semata karena Allah dan sesuai tuntunan. Rasulullah ﷺ Bersabda, “ Barangsiapa melakukan sesuatu yang bukan ajaran kami, amalan tersebut tertolak.”( HR. Muslim)
Dengan demikian menghadapi bulan Ramadhan tidak perlu melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak diajarkan oleh Islam, misal menziarahi kubur orang tua dan leluhur, saling bermaafan, dan ‘megengan’ (menahan, diambil dari bahasa jawa) yang bermaksud mengingatkan akan datangnya bulan Ramadhan. Namun, hal mendasar adalah bagaimana persepsi dan penyikapan kita terhadap perintah saum atau shiyam yang diwajibkan oleh Allah ﷻ.
Bulan Ramadhan dijadikan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas kepribadian dan kualitas keimanan. Menjadikan Ramadhan sarana untuk menghapus dosa-dosa, dan untuk mendapatkan bonus pahala dari sisi Allah ﷻ. Agar dapat mengisi bulan Ramadhan dengan aktivitas yang berkualitas harus melakukan persiapan yang matang. Di antara persiapannya adalah:
1. Persiapan ilmu Persiapan ilmu sangat penting untuk melakukan suatu amal. Imam Bukhari mengatakan, “Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.” Untuk melakukan ibadah termasuk ibadah di bulan Ramadhan sangat perlu memahami dalil-dalil diwajibkannya puasa agar mantap melakukan puasa. Memahami apa yang harus dijalankan, amal kebaikan apa yang harus dilakukan, misalnya disunnahkannya makan sahur, mengakhirkan sahur, menyegerakan berbuka, qiyamul lail, tahajjud kemudian witir. Tadarus, mengkaji Islam, memperbanyak sedekah, menjaga lisan dari menyakiti orang lain, tidak bersendagurau, tidak menggibah, menghindari hal-hal yang membangkitkan syahwat dan apa yang membatalkan puasa. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan lain sebagainya.
Selain itu, juga menargetkan yang prioritas, meneliti dalil-dalilnya sampai betul-betul memahami sehingga menjadikannya tidak ragu melaksanakan amalan tersebut sembari berharap Allah mengabulkan dan menerima amal perbuatannya.
2. Persiapan fisik, yakni menyediakan makanan halal dan toyyiban. Asupan dan kadar gizi yang cukup untuk berpuasa, makanan yang seimbang seperti karbohidrat, sayur-mayur, lauk-pauk, buah, dan lain-lain. Dalam hal makan tidak boleh berlebih-lebihan ketika berbuka. Berbuka hendaknya dimulai makan makanan yang manis dan hangat. Semua itu bagian dari ikhtiar untuk menjaga stamina dalam melakukan ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena termasuk perintah Islam yang ketika dilakukan akan berpahala.
3. Persiapan perbekalan Untuk bisa beribadah maksimal di bulan Ramadhan memerlukan bekal finansial. Agar bisa bersedekah, berbagi dengan yang lain, memberi buka puasa, peduli terhadap sesama, dan saling menolong, itu semua membutuhkan dana. Syariat mendorong dengan kuat bagi kaum Muslim untuk memberi pertolongan ataupun bantuan pada saudara Muslim yang kekurangan agar memasuki Ramadhan dan menjalani sesuai tuntunan bila kondisi secara perbekalan dan kesehatan fisik memadai.
Hanya saja secara fisik dan perbekalan setiap orang berbeda-beda, ada yang siap dengan makanan bergizi dan ada yang sama sekali tidak. Semua itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan kepedulian individu dan komunitas saja, tetapi hal yang lebih mendasar adalah tercukupi semua kebutuhan rakyat dalam menghadapi Ramadhan. Semua persiapan akan berjalan dengan optimal bila peran negara berjalan sebagaimana mestinya. Butuh peran negara untuk mengedukasi rakyat dalam mempersiapkan diri memasuki Ramadhan dan mengoptimalkan perannya untuk menyejahterahkan rakyat sehingga dapat beribadah secara optimal. Hal-hal itu adalah hal yang diperintahkan dalam Islam.
Jadi persepsi yang benar bahwa ibadah di dalam bulan Ramadhan bukan hanya sekadar tradisi atau rutinitas yang dijalankan setiap memasuki bulan Ramadhan dengan persiapan ilmu, fisik, dan perbekalan, tetapi juga harus ada peran negara yang optimal sehingga masyarakat dapat menjalankan ibadah Ramadhan sesuai yang
diperintahkan Allah ﷻ
Allahu a’lam bishawab.