Bunuh Diri Makin Menjadi-jadi, Negara Abai terhadap Rendahnya Mental Generasi

0
307

Oleh: Siti Zulaikha, S.Pd. (Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi)

Linimasanews.com—Seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD (21) ditemukan tewas di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Korban diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen tersebut pada Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.45 WIB.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kebayoran Baru Komisaris Tribuana Roseno mengatakan, MPD sempat meninggalkan pesan sebelum diduga bunuh diri. Pesan itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan teman-temannya melalui unggahan di media sosialnya (Kompas.com, 12/03/2023)

Kasus bunuh diri juga terjadi pada seorang laki-laki berinisial NS (38) di Dusun Wirokerten RT 02 Kelurahan Wirokerten Kapanewon Banguntapan, Bantul. Korban ditemukan gantung diri mengunakan tali plastik warna orange dengan diameter 10 milimeter di usuk kayu dapur rumah milik orang tuanya sekitar pukul 17.00 WIB (Sindonews.com, 10/03/2023).

Bunuh diri masih menjadi masalah senyap di Indonesia. Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa angka bunuh diri di Indonesia empat kali lebih besar daripada data resmi. Dari data Century Sistem (SRS), angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia sebesar 1,12 per 100.000 penduduk. Menurut Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia pada 2018 adalah 267,1 juta jiwa. Ini berarti ada 2.992 kematian terjadi akibat bunuh diri di tahun tersebut (BBCNewsIndonesia.com, 25/01/2023).

Maraknya kasus bunuh diri makin sering terjadi sejatinya mencerminkan terganggunya kesehatan mental warga, apalagi kasus tersebut terjadi di berbagai usia. Keputusan bunuh diri diakibatkan banyak faktor, mulai dari tekanan ekonomi, pemahaman agama yang kurang akibat sedikitnya jam pelajaran agama, kurikulum yang hanya fokus pada materi, hingga pola asuh yang salah sehingga generasi menjadi rapuh.

Dari faktor-faktor tersebut, jika dikerucutkan akan sampai pada satu titik, yakni buruknya sistem kehidupan yang diterapkan saat ini dan abainya penguasa pada rakyat.

Paham sekularisme yang berasaskan pemisahan agama dengan kehidupan melahirkan masyarakat dengan jiwa yang rapuh, kadar keimanan rendah (minim), dan mudah rapuh. Sekularisme membuat negara abai terhadap rakyatnya. Negara hanya memandang bahwa manusia hanyalah sekumpulan warga yang berada di wilayah tertentu. Kalaupun ada program-program kesehatan mental, tidak akan mampu menjadikan generasi terbebas dari gangguan mental jika program tetap berdasarkan sekularisme. Program tersebut juga tidak mampu menjadikan generasi menjadi mulia.

Berbeda dengan sistem Islam, yakni khilafah. Khilafah adalah satu-satunya sistem yang mampu dan terbukti menjaga kesehatan mental warganya. Syariat Islam telah memerintahkan negara (khilafah) sebagai pelayan umat (khadikatul ummah). Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari)

Khilafah akan mengurus keluarga dengan sebaik-baik pengurusan sebagaimana perintah syariat. Islam memandang manusia secara utuh dan menyeluruh. Karena itu, pembangunan manusia tidak hanya aspek fisik, namun juga mental dan menjadikan akidah Islam sebagai asas kehidupan. Khilafah tidak akan mengajarkan moderasi agama karena ajaran itu membuat Islam dikotomi hanya pada masalah ritual semata.

Aqidah Islam akan diajarkan secara menyeluruh kepada generasinya. Akidah ini juga akan menuntun mereka memahami tujuan hidup di dunia, yakni hanyalah untuk beribadah kepada Allah (mendapat ridha Allah). Karenanya, ketika menghadapi cobaan dan kenikmatan, disikapi sebagai bagian dari ujian yang Allah berikan kepada manusia.

Sikap seorang Muslim ketika mendapatkan kenikmatan, dia akan bersyukur. Namun, saat ditimpa cobaan dia akan bersabar menghadapinya dan terus bertawakal kepada Allah. Mereka paham bahwa kedua kondisi ini baik untuknya.

Seorang yang beriman tidak akan pernah berpikir untuk bunuh diri. Karena, dia paham semua ketetapan Allah adalah yang terbaik dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi, dia paham bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang dilarang oleh syariat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam;

“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu kelak akan berada ditangannya dan akan digunakan untuk menikam perutnya sendiri di dalam neraka jahanam, bekal di sana selama-lamanya. Barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, maka kelak ia akan meminumnya sedikit demi sedikit di dalam neraka jahanam, ia kekal di sana selama-lamanya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, maka dia akan menjatuhkan ke tempat yang tinggi di dalam neraka jahanam, kekal di sana selama-lamanya.” (HR.Bukhari no.5778 dan Muslim no.109)

Kehidupan yang didasarkan pada aqidah Islam akan menghasilkan manusia yang tangguh, sabar akan cobaan dan yakin akan hari akhirat. Inilah konsep kehidupan yang diajarkan oleh Islam kepada pemeluknya. Di sisi lain, negara khilafah juga menjamin kehidupan warganya, sehingga mengurangi adanya tekanan kehidupan.

Dari sistem ekonomi Islam, khilafah akan menjamin setiap laki-laki mendapat pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Jaminan pendidikan, kesehatan, keamanan juga diberikan khilafah secara gratis dan berkualitas, sehingga tidak ada diskriminasi layanan dasar publik bagi warga negara khilafah.

Sistem pendidikan khilafah juga didesain untuk menghasilkan generasi yang memiliki syakhsyiah Islam, yakni pola pikir dan pola sikap Islam. Selain itu, mereka juga dibekali dengan ilmu dunia, sehingga mereka semakin paham tujuan hidup di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah dan meraih rida-Nya. Mereka akan sibuk menjadi sosok yang mampu memuliakan Islam dan bermanfaat bagi kaum Muslim. Demikianlah solusi Islam secara konsep dan teknisnya dalam memberantas angka bunuh diri.

Artikulli paraprakSolusi Tuntas Hadapi Stunting
Artikulli tjetërSantri Harus Meneladani Nabi
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini