Reportase—Pemerhati Generasi Herawati, S.Pd. mengungkapkan bahwa butuh kepedulian semua pihak menyelamatkan generasi.
“Butuh kepedulian semua pihak. Butuh kepedulian kita bersama. Harus ada upaya bersama untuk menyelamatkan generasi,” ungkapnya dalam acara nonton bareng (Nobar) Risalah Akhir Tahun (RATU): Peduli Pemuda Pemimpin Generasi, Sabtu, (31/12/2022) di Palembang.
Di hadapan lebih dari 70 ibu-ibu dan remaja putri peserta nobar itu Hera menyatakan kekhawatirannya terhadap masa depan generasi. Ia menilai, kerusakan generasi Muslim makin memprihatinkan, makin hari akhlak dan kepribadiannya makin terkikis, kerusakan pun terjadi hampir di semua aspek, seperti kerusakan aqidah juga sosial dan budaya.
Hera menerangkan, kerusakan tersebut terjadi karena adanya upaya sistematis dan masif dari musuh-musuh Islam yang membajak potensi generasi Muslim untuk kepentingan kapitalis. “Musuh-musuh Islam tidak tinggal diam. Ada upaya pembajakan generasi Muslim yang sangat masif dan itu berhasil,” terangnya.
“Mereka tidak lelah dan terus berupaya membajak generasi Muslim agar menjadi agent of change dari kepentingan para kapitalis,” imbuhnya.
Dalam hal ini, terang Hera, Barat telah merusak generasi melalui ide-ide sekulernya, seperti ide nasionalisme, feminisme, liberalisme, dan pluralisme yang terus dipropagandakan. Menurutnya, ide-ide tersebut berakibat fatal bagi kemurnian aqidah dan akhlak generasi.
Menurut Hera, keberhasilan Barat merusak generasi dan gagalnya negara membentuk generasi pemimpin lantaran terjadi sistem demokrasi sekuler. “Sistem sekuler saat ini malah menjadi wasilah para penjajah membajak potensi generasi Muslim, memalingkan dari perjuangan Islam dan dijadikan agen kapitalis yang sejatinya merusak akhlak generasi Muslim,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan juga berbagai kebutuhan ekonomi di sistem saat ini membuat orang tua sibuk bekerja hingga menyebabkan fungsi pendidikannya tidak berjalan.
Di samping itu, imbuhnya, harapan orang tua untuk anak-anaknya mendapatkan pendidikan terbaik di sekolah juga pupus oleh sistem hari ini.
“Faktanya, di sekolah juga gagal dalam membentuk kepribadian Islam pada generasi Muslim. Hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan dan penyusunan kurikulum berkiblat ke Barat. Kurikulum pendidikan saat ini lahir dari sistem sekuler yang hanya berfokus pasa pencapaian intelektual dari sisi kognitif, minim penanaman akhlak Islam,” tuturnya.
Karena itu, Hera menilai, butuh kepedulian semua pihak atas kondisi generasi karena mereka adalah calon pemimpin masa depan, terlebih umat Islam memiliki potensi besar dengan adanya bonus demografi di negeri-negeri Muslim, tak terkecuali Indonesia.
Baginya, acara Refleksi Akhir Tahun 2022 yang diselenggarakan di Jakarta dan disaksikan lebih dari 75.000 pemirsa nonton bareng di berbagai penjuru Tanah Air itu merupakan salah satu bentuk kepedulian dan rasa tanggung jawab Muslimah untuk menyelamatkan generasi.
Ia berharap, acara semisalnya merupakan upaya yang akan menjadi wasilah mewujudkan cita-cita membentuk generasi pemimpin umat. Sebab, ia mengingatkan, untuk mewujudkannya butuh kerja sama semua pihak.
“Untuk mewujudkan generasi pemimpin umat di masa depan, maka harus ada kerja sama antara orang tua, lembaga pendidikan, masyarakat dan negara, serta melawan segala bentuk perang pemikiran yang saat ini sedang di lancarkan pihak barat dan musuh-musuh Islam,” pungkasnya.[] Herawati