Di Balik Agenda G20

0
256

Oleh: Yuniasri Lyanafitri

Linimasanews.com—Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung 15-16 November 2022 di Nusa Dua, Bali telah berhasil mengesahkan pernyataan para pemimpin atau Leaders’ Declaration. Beberapa kepala negara G20 menyepakati antara lain perlunya menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral, menangani krisis ekonomi termasuk melalui kerja sama kebijakan makro internasional, mengupayakan ketahanan pangan dan energi, serta mengadopsi teknologi digital untuk mendorong inovasi.

Selain itu, para pemimpin G20 juga menyerukan komitmen bersama untuk mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), mengatasi perubahan iklim, dan memperkuat sektor kesehatan. Sebagaimana pandangan Presiden Jokowi yang juga menjadi presiden G20 tahun ini, menekankan bahwa keberhasilan hanya akan tercapai jika semua pemimpin dan delegasi, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bermanfaat bagi dunia (antaranews.com, 16/11/22).

Pergelaran acara KTT G20 di Bali memberikan pengaruh yang besar bagi negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia. Selain semakin dikenal luas, konsekuensi berikutnya Indonesia mesti mempersiapkan diri menjadi ladang eksploitasi negara maju. Hal ini terlihat dari deklarasi yang dihasilkan menunjukkan geliat ambisi dari para pemimpin negara maju G7 seperti Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis.

Sedangkan, di dalam deklarasi terdapat hubungan kerja sama internasional yang mencakup berbagai bidang dari ekonomi, ketahanan pangan hingga kemajuan teknologi. Padahal, sudah menjadi rahasia umum, di balik kerja sama internasional terdapat maksud tertentu bagi kepentingan negara G7. Sejak awal mereka telah memastikan posisinya lebih unggul dibandingkan negara lainnya. Sehingga, sangatlah mungkin terjadi dominasi kepentingan atasnya.

Negara maju anggota G7, melalui bermacam bidang kerja sama yang telah disepakati, membuat langkah mudah untuk bisa masuk ke negara berkembang. Potret negara maju yang gemilang, menjadikan negara berkembang ingin menjadikan negaranya sebagaimana negara maju tersebut. Ditambah kurangnya fasilitas dan infrastruktur yang memang dirasa dibutuhkan untuk kelangsungan dalam bernegara, akhirnya negara berkembang pun tertarik dengan berbagai tawaran bantuan dan iming-iming keuntungan dari negara G7.

Padahal, di sisi lain, negara G7 juga mengajukan berbagai syarat. Salah satunya, terikat dengan aturan kerja sama yang jelas akan lebih menguntungkan negara maju. Maka, tidak mengherankan jika sering kali negara berkembang tetap melakukan impor, sekalipun suplai dalam negeri masih mencukupi.

Tentu saja, penerapan sistem kapitalisme liberal jelas mendasari terjadinya keterikatan yang terlihat saling menguntungkan. Karena keuntungan terbesar menjadi milik negara G7, selaku pemilik modal. Sementara, masyarakat negara berkembang menjadi korban kerakusan para pemimpin yang turut terlibat dalam kerja sama negara maju. Bahkan, para pemimpin itu menjadikan masyarakatnya sasaran pasar untuk selalu tergiur dengan kehidupan ala Barat yang bebas dalam segala hal. Terutama mengarusderaskan liberalisasi ekonomi.

Adanya liberalisasi ekonomi kini menjadi kebanggaan dan indikator kesuksesan manusia dan negara. Hal ini jelas semakin menguatkan cengkeraman penjajahan negara adidaya G7 terhadap negara berkembang melalui racun pemikiran kapitalisme liberal.

Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa kerja sama global yang dilakukan dengan negara G7 hanyalah cara halus untuk menguasai suatu negeri. Apalagi ketika kerja sama itu berupa dibukanya keran investasi asing. Hal ini akan menjadikan negara semakin terbuka terhadap negara asing sebagai bentuk liberalisasi ekonomi. Sekalipun mereka tidak benar-benar memberikan bantuan tetapi justru menikam dari dalam.

Sementara, negara lain yang terjajah menjadi ketergantungan dan kehilangan sedikit demi sedikit kewenangan atas negaranya. Karena, tidak mungkin negara pemodal memberikan investasi secara cuma-Cuma. Pastinya, terdapat sederet keuntungan yang diperoleh, misalnya turut andil dalam kebijakan pemerintahan.

Begitulah ketika suatu negara terjerat dalam hubungan kerja sama internasional negara adidaya pengusung sistem kapitalisme liberal. Seakan menjadi kebanggaan dan meninggikan status kenegaraan, padahal keanggotaannya justru menjerat dan menyengsarakan, lebih-lebih kepada masyarakatnya.

Tentu hal ini mesti segera disudahi agar kondisi negara dapat kembali stabil dan terbebas dari intervensi. Satu-satunya cara, tidak lain dengan melepaskan diri dari cengkeraman sistem kapitalisme liberal dan beralih pada sistem shohih, yakni sistem Islam.

Di dalam sistem Islam, suatu negara akan memiliki kedaulatan penuh atas segala kebijakan dan peraturan dalam negaranya. Karena, sistem Islam dengan seperangkat sistem pendukung lainnya, seperti sistem ekonomi Islam, sistem keamanan, sistem sosial, termasuk sistem politik dalam negeri dan luar negerinya mampu menjadikan suatu negara tangguh, tanpa campur tangan negara asing.

Di samping itu, Islam juga melarang hubungan internasional dengan organisasi dunia mana pun karena akan berdampak pada keberpihakan yang harus sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Karena, semestinya negara dengan sistem Islam mampu menentukan sikap sesuai hukum syara’ yang menjadi asas negaranya, bukan terikat apalagi tunduk dengan aturan selain Islam.

Dengan begitu, pemimpin negara yang menerapkan Islam akan mampu melindungi hak-hak rakyatnya dan mampu mewujudkan kesejahteraan hidup, tanpa takut akan adanya ancaman dari negara lain. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan dia menjadi pelindung bagi rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, agar negara ini dapat terbebas dari jeratan asing, solusinya hanya dengan menerapkan Islam di tengah-tengah masyarakat. Yaitu, menjadikan Islam sebagai asas kehidupan termasuk pelaksanaan sistem pemerintahan. Dengan begitu, negara akan berdaulat penuh dan unggul dalam segala bidang termasuk menentukan sendiri masa depannya.

Sistem Islam terbukti mampu membawa kegemilangan peradaban hingga 13 abad lamanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al A’raf : 96 yang artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”

Artikulli paraprakPenghapusan “Pasal Karet”
Artikulli tjetërMarak Bullying, Tanda Lemahnya Sistem Pendidikan
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini