Suara Pembaca
Ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor(IPB) terjerat utang pinjol hingga miliaran, mereka menunggak hutang hingga 13 juta rupiah per orang ke sejumlah aplikasi pinjaman. Jeratan utang ini berawal dari ajakan bisnis dari kakak tingkat berinisial SAN. SAN mengajak mahasiswa bergabung ke grub Whatsapp usaha jualan online sembari mengiming-imingi keuntungan 10% per bulan. Caranya, mahasiswa diminta belanja di toko milik pelaku yang ada di marketplace dengan pinjaman online. Ternyata SAN tidak membayarkan keuntungan seperti yang dijanjikan. Malah besaran keuntungan lebih kecil dari angka cicilan yang harus ditanggung. Dari sinilah petaka lilitan utang itu berasal. Mahasiswa mulai ditagih cicilan dan kalang kabut dikejar debt collector. Ini juga menjerat mahasiswa dari luar IPB (18/11).
Miris, mahasiswa yang harusnya kritis malah terjebak dalam pragmatis. Berfikir praktis, sempit dan instant adalah ciri orang yang pragmatis. Menginginkan segala sesuatu yang dikerjakan atau yang diharapkan segera tercapai tanpa mau berfikir panjang dan tanpa melalui proses yang lama. Dengan iming-iming keuntungan yang besar, membuat mahasiswa tergiur tanpa pikir panjang. Mahasiswa terjebak dengan orientasi materi, buah dari pendidikan yang dikapitalisasi, sejalan dengan semangat entrepreneur university.
Tak peduli halal dan haram sebagai standar benar dan salah, hasil dari sistem pendidikan sekuler yang berorientasi materialis dan pragmatis. Penyelenggaraan pendidikan yang makin mahal, gaya hidup konsumtif, semakin membuat mahasiswa pragmatis, hingga dengan mudahnya tertipu.
Sangat disayangkan, kalau mahasiswa hanya berorientasi pada materi, karena seharusnya di tangan mahasiswalah perubahan masyarakat menuju perbaikan terjadi. Bukan malah terjebak dengan kenikmatan duniawi yang mengukur segala sesuatu berdasarkan materi. Menggebu-gebu berambisi menghalalkan segala cara mengejar dunia yang menipu ini. Alih-alih membuat perubahan, justru membuat kemunduran. Berbeda dengan Islam, yang sangat mendorong pemudanya untuk menjadi agen perubahan. Menjadi pemuda intelektual, yang dengan kelebihan ilmunya memahami hakikat kehidupan. Akhirat orientasinya, kebangkitan umat menjadi cita-citanya.
Halimah
Mahasiswa