Oleh: Hessy Elviyah, S,S.
Linimasanews.com—Group K-POP Black Pink sukses menggelar konser pada tanggal 11 Maret sampai 12 Maret 2023 di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Acara ini bertemakan World Tour [BORN PINK] dengan iMe Indonesia sebagai promotor.
Harga tiket yang dibandrol 1 juta lebih ludes terjual. BLINK, sebutan penggemar group perempuan asal Korea ini berlomba-lomba berburu tiket untuk menonton idolanya secara langsung. Bahkan, penjualan tiket konser hari pertama habis dalam waktu 2 jam (beritasatu.com, 15/11/2022).
Bahkan imbauan untuk menggunakan kendaraan umum datang dari media @tmcpoldametro yang merupakan media milik Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya kemacetan di seputaran tempat hajatan konser tersebut. Lebih jauh, konser ini membawa dampak positif di bidang perekonomian Jakarta, baik kuliner maupun hotel-hotel. Bahkan, SOCBiz memberitakan bahwa peningkatan okupansi hotel mencapai 60 %- 80 % (SOCBiz, 14/3/2023).
Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya, di sosial media pun ramai membicarakan euforia konser menjadi top trending, bahkan selesai konser Black Pink masih menjadi bahasan hangat. Hal ini memunculkan berbagai opini sehingga beberapa opini butuh untuk diluruskan sesuai syariat. Seperti yang diberitakan oleh konteks.co.id, beberapa akun Twitter menyebutkan bahwa penuhnya GBK merupakan gambaran ekonomi negara yang baik. Menurutnya, ekonomi lemah hanya digaungkan oleh pihak oposisi saja, atau dengan kata lain negara mengalami keterpurukan ekonomi hanyalah isapan jempol semata (12/3/2023).
Jika kita melihat lebih jauh terdapat beberapa fakta yang mengungkapkan bahwa 1 orang bisa membeli beberapa tiket konser untuk menonton bersama koleganya. Sebut saja istri sultan Andara, Nagita Slavina yang memborong 20 tiket platinum (TribunSumsel.com, 12/3/2023). Selebritis lainnya adalah Krisdayanti yang mengajak sopir dan pengasuh anaknya duduk berjejeran dalam menonton konser tersebut.
Itu artinya, sebagian yang hadir di GBK untuk menonton konser tidak menggunakan uang pribadinya, melainkan dibayarkan oleh bos atau temannya. Itu pula tidak menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia secara menyeluruh, hanya sebagian saja dan tidak berdasar data yang valid. Jadi, tidak bisa disimpulkan sebagai fakta yang solid.
Justru pada konser Black Pink tersebut menggambarkan kondisi masyarakat yang hedonis. Menghamburkan uang pada hal yang mudharat, tidak untuk kepentingan kebangkitan umat. Dari konser tersebut juga, kita bisa lihat bahwa ketimpangan ekonomi jelas dan nyata. Sebagian masyarakat menggunakan hartanya untuk foya foya, sebagian lagi dari masyarakat kebingungan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Misalnya kasus yang sempat viral yaitu seorang ibu di kota Malang yang harus berurusan dengan kepolisian Blitar karena kedapatan mencuri susu untuk anaknya. Demikian pula yang terjadi di Sulawesi Selatan, seorang ibu bunuh diri dan sekaligus meracuni anaknya karena terlilit utang dan gak mampu bayar. Beginilah kondisi ekonomi kapitalistik, uang hanya beredar pada orang orang tertentu. Sistem ini menumbuhsuburkan ketimpangan ekonomi dan sosial. Terlebih sistem pemerintahan demokrasi tidak mempunyai instrumen untuk menyejahterakan rakyatnya.
Sistem yang hanya mengandalkan utang dan pajak menjerumuskan rakyat ke arah kehidupan yang jauh dari kesejahteraan. Si kaya semakin kaya karena mampu menguasai perekonomian dan si miskin akan tetap pada kondisi miskin dengan perhatian yang sangat minim oleh negara yang sejatinya menjadi tanggung jawab pemangku kekuasaan.
Kondisi ini akan sangat berbeda apabila sistem Islam diterapkan. Islam mengatur cara untuk membelanjakan hartanya. Karena dalam Islam, hal yang paling berat hisabnya kelak adalah harta, sebagaimana sabda Nabi Saw, “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.” (HR. Tirmidzi)
Islam juga melarang umatnya untuk hidup berfoya-foya seperti yang terdapat pada surah Al-Isro ayat 26:
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
Demikianlah Islam dengan segala kesempurnaannya, dapat meminimalisir ketimpangan harta di antara umatnya. Sehingga, menjadi sangat penting buat kita semua untuk kembali menerapkan sistem Islam yang sudah terbukti menyejahterakan umat manusia selama 13 abad lamanya.