Oleh: Ummu Sholahuddin (Pemerhati Remaja)
Ipteng—Remaja merupakan agen of change the world, agen perubahan yang akan membawa peradaban mulia selama berpegang dan dijaga dengan tali agama. Sebaliknya, akan bisa membawa kepada kemunduran jika mereka dinaungi oleh sistem batil, seperti sistem sekuler saat ini yang membuat remaja jauh dari agama.
Secara fakta, kasus kenalan remaja terus meningkat, kemerosotan daya berpikir mustanir (cemerlang) terus terjadi. Alhasil, tidak sedikit dari mereka telah kehilangan jati dirinya.
Salah satu yang kasus meresahkan, perang sarung antargeng warga Purworejo, Jawa Tengah. Insiden ini terjadi pada Jumat (24/3/2023) sekitar pukul 01.00 WIB, di Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Atas insiden ini, 13 orang telah ditangkap oleh pihak kepolisian dan puluhan lainnya berhasil kabur saat didatangi petugas. Sementara, masih banyak lagi kasus kenakalan remaja lainnya.
Sekularisme dan Kenakalan Remaja
Sekularisme ialah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem sekuler telah diterapkan selama lebih dari satu abad di dunia ini berimbas pada kerusakan di segala ranah kehidupan, baik individu, masyarakat maupun negara.
Dalam masyarakat, sistem sekuler membentuk pribadi yang jauh dari syariat Islam. Karena, pada dasarnya sekularisme melahirkan kebebasan (liberalisme) dan kapitalisme. Atas dasar inilah setiap individu bebas melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama.
Anehnya, negeri ini justru mengadopsi sistem yang berasal dari kaum kafir penjajah yang tidak berpegang pada agama dalam pengaturan kehidupan tersebut. Sungguh miris, negeri mayoritas muslim yang seyogyanya mengambil hukum Allah, justru mengambil hukum kaum kafir sebagai aturan kehidupan.
Sekularisme meracuni pemikiran kaum muslim terutama kaum remaja. Salah satunya, dari tayangan dan tontonan yang diekspose tanpa filter untuk memburamkan syariat dan mengalihkan pandangan remaja muslim dari agamanya. Akhirnya, remaja mengganti Rasulullah Saw sebagai idola dan tauladan mereka dengan sosok figur yang merusak moralnya.
Bukan hanya itu, kaum remaja dilucuti kemuliaannya dengan budaya Barat. Pornografi, pornoaksi, miras, narkoba, dll disuguhkan tanpa tabu. Maka, tidak heran jika berbagai kenalan remaja tidak mampu diatasi selama sistem ini masih diemban oleh negara.
Bagaimana Islam Menjaga Generasi?
Dalam Islam, generasi muda sangat dijaga dari segala hal yang merusaknya. Islam mendorong orang tua, masyarkat, dan negara untuk memaksimalkan perannya dalam proses pendidikan.
Pertama, keluarga. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak untuk mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan. Maka, orang tua harus mempunyai ilmu agama yang mumpuni, penyediaan perangkat pendidikan yang terbaik bagi anaknya guna membangun kepribadian Islam, membentuk dan mengembangkan kepribadian Islam.
Kedua, lingkungan masyarakat. Lingkungan tempat hidup seharusnya juga menampilkan kultur yang mampu mendukung pendidikan anak.
Ketiga, negara. Negara adalah sebagai pelindung bagi remaja. Negara mesti menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis Islam, memfilter dan mencegah hal yang merusak moralitas remaja, menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pendidikan serta memberikan penghargaan bagi generasi yang berprestasi.
Oleh karenanya, negeri ini membutuhkan sistem Islam yang diterapkan secara kaffah (menyeluruh) untuk menggantikan sekularisme. Secara sejarah, Islam mampu melahirkan generasi muda yang menorehkan berbagai karya kegemilangan. Di antaranya, Sholahuddin Al Ayyubi yang menaklukan Palestina, Muhammad al-Fatih yang membebaskan Konstantinopel. Di masa Rasulullah, para sahabat dari kalangan kaum muda berhasil dibentuk dengan tsaqofah dan syaksiyah islamiyah hingga terbentuk para ksatria yang tangguh.