Generasi Muda Hilang Empati, Islam Hadirkan Solusi

0
186

Oleh: Oki Ummu Kinan (Pegiat Literasi Islam, Siak Sri Indrapura, Riau)

Linimasanews.com—Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan pemuda menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Generasi tidak lagi punya empati, bahkan bertindak barbar kepada sesama manusia demi gengsi kelompoknya. Seakan tak kenal takut akan hukum yang akan menjeratnya nanti. Ini bukti bahwa sosialisasi hukum tak merata dan tak membuat jera generasi.

Dilansir dari Tribun Banten (25/02/2023), kasus penganiayaan Mario Dandy terhadap David menghebohkan publik. Aksi kekerasan tersebut bahkan terekam dan beredar di dunia maya. Dengan sadis dia melakukan penganiayaan pada korbannya yang sudah tak berdaya, seakan tak memiliki belas kasihan. Pemicunya, soal pacaran.

Kasus Mario Dandy dan David hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus tindak kekerasan yang terungkap. Masih ada banyak kasus kekerasan yang terjadi di seluruh daerah di negeri ini yang tak terungkap di publik.

Tindak kekerasan yang akhir-akhir ini dilakukan generasi muda seakan tak ada habisnya. Pemuda negeri ini digiring secara halus via media online untuk unjuk diri dan menjadi inspirasi negatif bagi yang menontonnya. Ini membuktikan bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Apa sebenarnya yang terjadi dengan generasi negeri ini?

Sistem Gagal

Tak bisa dimungkiri, akar masalah ini ada pada sistem yang diadopsi negara, yaitu sistem kapitalisme yang mengusung ide sekularisme. Dari ide ini, lahirlah generasi liberal, bertindak semaunya, dan melakukan sesuatu hanya untuk menunjukkan eksistensi diri yang menyalahi aturan syariat.

Jiwa muda yang bergelora mulai mencari jati diri bila salah jalan, akan mudah labil tak terkendali hingga menjadi salah satu pemicu tindak kekerasan. Emosi mudah mencuat hanya karena masalah sepele, tapi berakibat buruk bagi lawan yang dihadapi. Tak peduli jerat hukum karena merasa punya senjata kebal hukum berupa transaksi materi, memberi bukti bahwa hukum di negara ini bisa dibeli.

Sistem pendidikan kapitalisme gagal dalam membentuk anak didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Ditambah pula lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji, menjadikan masyarakat kian rusak. Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekularisme yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu.

Sekularisme memisahkan aturan agama dari mengatur kehidupan, hingga kehidupan diatur sebebasnya oleh akal yang cenderung terbatas. Hal ini sejalan dengan ide liberal yang melahirkan generasi hidup semaunya, tanpa tujuan yang jelas, minim rasa empati, seolah jiwa generasi hari ini telah mati.

Generasi berkumpul, berkelompok hanya untuk kesenangan duniawi. Mereka berkomunitas, lagi-lagi sekadar having fun demi mendapatkan pengakuan. Jika anggota komunitasnya terganggu, yang lain akan ikut tersulut emosinya. Pada akhirnya, emosi temporal meluap, menimbulkan kisruh pemicu gaduh yang terus memakan korban.

Jika hal ini berkelanjutan, lantas siapakah yang akan menjadi pemegang tongkat estafet kepemimpinan di masa yang akan datang? Apakah generasi barbar yang akan memimpin kelak? Ataukah generasi gemilang?

pendidikan Sekuler jadi Ajang Pamer

Dunia pendidikan hari ini tak mampu membentuk generasi yang diharapkan. Bagaimana tidak, sekularisme telah memisahkan agama dan menjauhkannya dari kehidupan. Pelajaran agama hanya dipelajari beberapa jam saja, sementara ilmu lainnya lebih banyak dipelajari, namun tak semua bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum selalu berganti sebelum mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) pembelajar yang mumpuni dan memadai. Sehingga, belum berhasil membentuk karakter generasi yang baik. Generasi dibentuk hanya untuk mempersiapkan persaingan ala globalisasi, tapi jauh dari nilai rohani.

Status sosial pun menjadi sesuatu yang patut untuk dipertimbangkan. Hanya untuk standar pergaulan sesaat lebih menjurus pamer harta kekayaan. Ekonomi yang sulit hari ini menuntut bergaya hedonis demi menjaga gengsi. Bagi mereka yang telah kaya dari orang tua, tak menjadi masalah, tinggal pamer meski bukan dari hasil jerih payahnya. Namun, bagi mereka yang tak punya, bukan keluarga berada, akhirnya mencari jalan pintas dengan merampas milik orang lain demi memenuhi keinginannya.

Sistem Islam Ciptakan Kondisi Aman

Sistem Islam menjadikan aqidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku selalu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.

Sistem Islam juga mewajibkan masyarakat dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan, sebagaimana dahulu mampu melahirkan generasi yang unggul dalam segala bidang.

Pada masa Rasulullah, para sahabat langsung dibina oleh Rasulullah. Al-Arqam bin Abi Al-Arqam adalah sahabat Nabi yang rumahnya menjadi markas dakwah, melahirkan jiwa-jiwa yang tangguh dalam mengajak kebenaran. Dengan pembinaan, akan mudah terbentuk dan terlahir generasi yang unggul dan tangguh.

Dunia pendidikan dalam sistem Islam menjadikan aqidah Islam sebagai patokan, melahirkan generasi yang bersyakhsiyah Islam, menjadikan halal dan haram sebagai tolok ukur perbuatan, pahala dan dosa menjadi pilihan. Sehingga, remaja Muslim yang telah paham Islam, tidak akan menjalani hubungan dengan status pacaran. Karena, pacaran sama saja menjadi jalan mendekati zina. Hal itu terlarang dalam sistem Islam.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al – Isra’ : 32)

Jangankan melakukan zina, mendekatinya saja dilarang. Untuk itu, pemuda dan pemudi hari ini harus dipahamkan tentang dampak buruk dari pacaran.

Negara perlu mengambil porsi lebih dalam mendidik generasi muda. Pasalnya, kekuasaan itu menentukan sasaran pembinaan. Semoga pemegang tampuk kepemimpinan negeri ini bisa mengambil pelajaran untuk lebih peduli dan tidak abai terhadap generasi yang kian hari kian mengkhawatirkan. Hendaknya negara mampu menyaring pengaruh buruk akibat dari sekuler liberal yang mengusung kebebasan yang kebablasan, agar tak lagi merugikan generasi.

Untuk itu, butuh banyak pihak yang terlibat. Beberapa hal untuk menangani problem generasi hari ini, di antaranya:

Pertama, agama tidak boleh dipisahkan dari kehidupan. Harus ada aturan yang mengikat dari Sang Pencipta agar manusia tidak tersesat dan salah jalan.

Kedua, keluarga dan masyarakat berperan aktif untuk memberikan perhatian pada generasi. Pendidikan dari rumah dengan baik mesti terbentuk. Selain itu, lingkungan masyarakat yang peduli juga dapat memberikan efek baik. Amar ma’ruf nahi Munkar tetap harus dijalankan.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Ketiga, semua ini dapat terlaksana bila negara dapat merealisasikan aturan Sang Pencipta dalam negara. Negaralah yang memiliki kekuasaan dalam menolak sesuatu yang merugikan. Semoga dengan menjadikan sistem Islam sebagai pengatur dalam kehidupan, masalah yang ada dapat diselesaikan.

Artikulli paraprakSejarah yang Terlupakan
Artikulli tjetërDiabetes Anak Melonjak, Solusi Cukai Efektifkah?
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini