Oleh: Nunik Umma Fayha
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 49)
Pasangan, bagi yang belum memilikinya menjadi suatu impian dan harapan. Hal ini sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia yang memang dibekali Allah dengan naluri nau’. Naluri untuk menyukai lawan jenis. Naluri yang dengannya manusia lestari di muka bumi.
Bagi para singlelillah, pertanyaan tentang kapan nikah, mana calonnya, kapan menyusul, sudah jadi hal biasa. Jadi cemilan sehari-hari, terlebih di bulan-bulan yang dianggap baik untuk menikah. Tenang. Ga perlu baper, santai saja. Cukup tambahkan rasa syukur dan husnudzan. Kenapa? Karena Allah bersama persangkaan hamba-Nya.
Selama kita yakin atas janji Allah, selama itu pula hati kita tenang. Allah yang paling paham kebutuhan hamba-Nya. Bisa jadi kalau jodoh kita dipertemukan sekarang, ada mudharat yang kita dapat sehingga Allah menundanya untuk kita.
Banyak kasus dipertemukan jodoh di usia sangat matang, usia 40-an bahkan 50-an. Tidak sedikit di antara yang terlambat ini dilengkapi kebahagiaannya dengan kehadiran momongan.
Tugas kita meyakini bahwa Allah sudah menyiapkan seseorang buat kita. “Someone, somewhere, somehow,” kapan, di mana, bagaimana, semua kita serahkan pada Yang Maha Tahu. Tugas kita berharap yang terbaik.
Tugas kita memantaskan diri kita untuk diberikan yang terbaik, dipersatukan dalam kebaikan.
Jadi singlelillah, terus pegang erat keyakinan akan Rahman Rahim-Nya. Bahwa skenario-Nya pasti yang terbaik. Bahwa untuk kita sudah disiapkan seseorang yang bila belum dipertemukan di dunia, insyaaAllah dipersatukan di surga-Nya. MasyaaAllah indahnya iman.
Rabb kitalah yang paling paham kebutuhan kita dan apa yang terbaik untuk kita. Seperti dalam firman-Nya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Wallahu’alam bishshowwab
Lereng Lawu, 12 Rajab 1444H