Hidup Bertetangga dalam Sistem Islam

0
124

Oleh: Khodijah Ummu Hannan

Ipteng—Tetangga menurut KBBI, adalah orang yang rumahnya berdekatan atau sebelah menyebelah. Maka sudah sepatutnya kita saling mengenal, tolong-menolong, dan berbuat baik kepada tetangga. Mungkin kita masih mengingat ketika masih kecil, sering berkumpul di rumah tetangga untuk sekadar menonton TV, bercengkerama atau nongkrong di terasnya. Jiwa gotong-royong masih sangat kental di antara sesama tetangga.

Namun, hal tersebut saat ini sudah sangat jarang ditemukan. Lebih mirisnya, telah ditemukan dua jasad ibu yang berinisial GAH (64 tahun) dan anaknya DAW (38 tahun), ditemukan dalam keadaan sudah lama membusuk (tinggal kerangka). Keduanya ditemukan di kamar mandi di Perumahan Bukit Cinere Indah, Jl Puncak Pesanggrahan VIII, No 39 Kec. Cinere, Depok, pada Kamis 7 September 2023 (Metro.tempo.co, 9/9/2023).

Menurut tetangga korban, Toto Trinyoto, korban termasuk warga yang tidak pernah bersosialisasi dengan tetangganya sehingga warga melihat mereka ketika membuang sampah atau ketika mereka akan keluar rumah (Metro.tempo.co, 10/9/2023).

Hal ini sangatlah miris kita ketahui pembatas satu rumah dengan rumah lainnya di sebuah perumahan hanyalah tembok. Namun, tidak ada rasa peduli ketika tetangga sebelah sudah lama tidak terlihat. Kepedulian masyarakat terhadap tetangga ataupun sesama saat ini terus terkikis. Lalu apa yang menyebabkan itu semua terjadi?

Jika dulu, terutama di kampung, tetangga satu RT bahkan berbeda RT kita kenal. Bila ada yang bertanya alamat pun dengan mudah kita bisa menunjukkan. Namun, saat ini terbalik, bahkan untuk nama asli tetangga samping rumah saja kita tidak tahu.

Pada umumnya, masyarakat sibuk bekerja sehingga tidak jarang akhirnya manusia pergi pagi, pulang malam. Ketika weekend badan butuh istirahat yang akhirnya tidak adalagi waktu bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah walau sekadar menyapa.

Apabila kita telisik, semua ini berawal dari penerapan sistem hidup yang salah. Yakni sistem kapitalisme sekuler yang darinya melahirkan paham individualisme. Inilah paham yang telah menjadi karakter masyarakat kita saat ini. Sehingga berkurang bahkan hampir hilang rasa kepedulian sesama manusia.

Lebih parah, muncul paradigma salah di tengah masyarakat. Kepedulian dianggap sebagai campur tangan terhadap urusan orang lain. Individualisme ini akan berdampak negatif bagi manusia. Manusia akan menjadi egois, menurunkan kemampuan bersosialisasi, tidak bisa bekerja tim, menganggap segala yang dilakukan selalu benar dan akan menghilangkan rasa solidaritas terhadap sesama.

Oleh sebab itu, kita harus membuang jauh-jauh sifat individualisme, terutama dalam diri seorang muslim. Sebab, hal itu bertentangan dengan syariat Islam.

Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali kehidupan bertetangga. Syariat Islam memiliki pandangan khas bagaimana ketika kita hidup berdampingan dengan tetangga. Sehingga, kepedulian terhadap tetangga termasuk dalam akhlak mulia.

Menurut Imam Syafi’i, tetangga adalah empat puluh rumah di kiri, kanan, depan, dan belakang. Hal itu tidak bisa dihindari, pasti kita akan bertemu, bertegur sapa, atau sekadar memberikan senyuman.

Baginda Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia melakukan kebaikan kepada tetangganya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Maka dari itu, kita harus berbuat baik dan peduli terhadap tetangga. Ada sebuah kisah ketika Nabi saw. pulang dari perjalanannya. Beberapa meter dari rumahnya, Nabi saw. mencium aroma kari kambing yang keluar dari rumahnya. Nabi saw. bergegas pulang dan menemui Fatimah yang ternyata sedang memasak daging kambing. Nabi saw. secara spontan memerintahkan Fatimah untuk menambah kuah kari kambing yang ia siapkan untuk dibagikan kepada para tetangga.

Dari kisah di atas dapat kita simpulkan bahwa ini adalah salah satu bentuk kepedulian yang diperintahkan Islam untuk kita praktikkan. Islam memerintahkan kita untuk selalu peduli dan berhubungan baik dengan tetangga. Dari sini, kita dapat memahami Islam mengajarkan kita untuk selalu membiasakan diri merasakan suka dan duka bersama masyarakat. Artinya, Islam melarang kita bersikap egois, serakah, dan individualistis.

Nabi saw. mengajarkan tentang adab bertetangga; “Hak tetanggamu adalah jika dia sakit, kamu menjenguknya, jika dia meninggal, kamu antarkan jenazahnya. Kalau dia butuh uang, kamu pinjamkan, apabila tetanggamu tertimpa kesusahan, jangan kau beberkan. Tutupilah aib-aib tetanggamu, apabila mendapat kebahagiaan maka dengan senang hati ucapkanlah selamat. Dan jika tertimpa bencana, datanglah untuk menyampaikan belasungkawa. Jangan dengan sengaja meninggikan rumah di atas rumah, atau menghalangi jalur udara. Dan jangan ganggu dia dengan bau masakan kecuali Anda mengambilnya dan memberikannya.”

Kepedulian terhadap tetangga dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman, juga membangun benteng yang kuat bagi anak-anak kita. Tetangga bisa mendatangkan rahmat dan kasih sayang. Namun (sebaliknya) juga bisa menebarkan musibah dan bencana ke lingkungannya.

Betapa sempurnanya Islam mengatur kehidupan bertetangga. Ketika kita menginginkan kehidupan bertetangga yang penuh keberkahan maka jauhilah sifat individualisme dan campakkan sistem kapitalisme sekuler dan kembali kepada masyarakat Islam yang lahir sistem Islam yang diridhoi oleh Allah Swt. Sebab, “Sebaik-baik tetangga di hadapan Allah adalah yang paling baik kepada tetangganya.” (HR. Tirmidzi)

Wallahu a’lam bii shawab.

Artikulli paraprakRempang Eco-City, Konflik Pembangunan yang Tidak Merakyat
Artikulli tjetërRempang dan Tulang yang Digores Pedang
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini