Jauh Panggang dari Api, Kerusuhan di Papua Terus Terjadi

0
251

Oleh: Ummu Hanif

Linimasanews.com—Kerusuhan di Papua kembali terjadi. Kali ini bermula dari meninggalnya seorang anak berusia 6 tahun usai ditabrak oleh seorang pendatang di wilayah Ikebo, Kabupaten Dogiyai, Papua pada Sabtu (12/11/2022).

Warga yang melihat kejadian itu kemudian melakukan penyerangan terhadap sopir dan membakar satu unit rumah di arah Kampung Mauwa dan dua unit kendaraan truk. Massa kemudian berencana hendak membakar Pasar Ikebo, namun berhasil dihalau dengan tembakan gas air mata oleh aparat gabungan yang berjaga didalam kota (Tvone, 12/11/2022).

Sehari kemudian kerusuhan terjadi lagi.
Seorang prajurit TNI berinisial Serka IDW mengalami luka tembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua, pimpinan Numbuk Telenggeng. Saat peristiwa terjadi, aparat TNI tersebut sedang melaksanakan patroli gabungan di Gereja Golgota Gome, Ilaga, Papua Tengah, Minggu (13/11).

Dari dua contoh peristiwa yang telah disebutkan, ternyata penyebab kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di wilayah yang kaya akan SDA ini, tidak hanya ditimbulkan oleh KKB, tetapi juga adanya konflik antara penduduk asli dengan pendatang. Hal ini tentu menambah suasana panas dan rusuh di Papua.

Pemerintah merespon hal itu dengan berjanji akan menggunakan pendekatan yang lebih humanis pada penanganan masalah-masalah yang terjadi di Papua. Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Mualimin Abdi, mengatakan akan selalu berkoordinasi dengan TNI dan Polri Papua untuk selalu meminimalisir penggunaan senjata. Dan untuk selalu terlebih dahulu mengupayakan pendekatan dialogis (tempo.co, 12/11/22).

Langkah penanganan kerusuhan oleh KKB yang diambil pemerintah ini akankah dapat menangani konflik di Papua? Sejatinya, kerusuhan tersebut akan terus terjadi selama akar masalahnya tidak diselesaikan oleh pemerintah pusat.

Seharusnya, langkah awal yang diambil pemerintah yaitu mencari inti dari permasalahan KKB. Sebagai contoh, mencermati semua faktor yang menjadi pemicu konflik di Papua dalam segala bidang kehidupan. Sudahkah, rakyat Papua merasakan kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup sebagaimana rakyat di belahan wilayah lainnya?

Padahal, kekayaan sumber daya alam di Papua seperti tambang emas merupakan tambang emas terbesar di dunia yang seharusnya bisa membuat rakyat Papua sejahtera. Namun, kenyataannya sangat miris dan berbanding terbalik dengan kehidupan mereka.

Papua masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa ketika tambang emas mereka dikeruk dan diambil secara besar- besaran oleh PT. Freeport milik Amerika. Tidak hanya itu, penambangan oleh Freeport selama berpuluh-puluh tahun banyak meninggalkan masalah seperti pencemaran lingkungan, kebodohan, tingginya angka kriminalitas, kemiskinan, banyaknya penderita HIV, dan lain-lain.

Pembangunan yang dilakukan pemerintah berupa jalan tol trans Papua pun nyatanya tidak diperuntukkan untuk rakyat. Tetapi, malah untuk kepentingan korporasi dan kepentingan segelintir pengusaha. Kemudian pembangunan infrastruktur dan fasilitas oleh pemerintah pun hanya berkutat pada wilayah-wilayah tertentu. Sedangkan di Papua, bagai anak tiri yang terlupakan dan tidak dianggap. Misalnya saja, gubernur di tiga provinsinya bukan berasal dari putra daerah. Hal inilah yang menjadi dasar pemicu kebencian rakyat Papua sehingga timbul keinginan dari beberapa orang untuk memerdekakan diri.

Selain itu, dalam bidang keamanan, pemerintah tidak bisa bertindak tegas atas konflik-konflik yang selama ini dilakukan oleh milisi Papua Merdeka ataupun KKB. Alasannya, memberantas KKB dianggap melawan nilai- nilai Hak Asasi Manusia (HAM).

Padahal, menghormati HAM bukan berarti menjadi lunak terhadap KKB di Papua. Pasalnya, ada hak-hak lain yang seharusnya lebih diutamakan untuk dilindungi dan dijamin keselamatannya.
Ditambah lagi, adanya diskriminasi warna kulit dan budaya oleh rakyat Indonesia di wilayah lain.

Namun, pada hakikatnya, semua faktor pemicu tersebut berasal dari penerapan sistem yang rusak. Sistem demokrasi-kapitalis yang berasaskan pada manfaat untuk golongan tertentu saja, bukan untuk kemaslahatan umat. Negara terbukti gagal menjamin keamanan dan kesejahteraan hingga memicu konflik.

Mirisnya, dalam sistem ini, konflik malah dipelihara untuk kepentingan dan keuntungan pihak lain baik kekuasaan maupun ekonomi. Kapitalis-demokrasi telah nyata gagal memecahkan akar masalah di Papua yaitu ketimpangan dan kesejahteraan, keamanan dan keadilan.

Berbeda dengan Islam yang sudah terbukti mampu menyelesaikan seluruh problem manusia. Sebab, Islam memiliki seperangkat aturan dan hukum yang berasal dari Allah SWT. untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan.

Dalam Islam, barang tambang yang jumlahnya tidak terbatas akan masuk pada harta milik umum dan hasilnya digunakan untuk kemaslahatan umat. Rasulullah bersabda, “Kaum muslim bersekutu dalam tiga hal; air, padang dan api.” (HR Abu Dawud)

Hadis ini juga menegaskan yang termasuk harta milik umum adalah SDA yang sifat pembentukannya menghalangi individu untuk memilikinya. Dengan demikian, PT Freeport seharusnya dilarang menambang emas di Papua dalam status kepemilikan swasta. Karena, tambang tersebut milik rakyat yang seharusnya dikelola negara untuk kemaslahatan umat.

Islam juga menjamin setiap warga negaranya untuk dapat mencukupi kebutuhan. Apabila ada keluarga yang tidak mampu (cacat), maka akan dijamin atau disantuni oleh negara melalui pengelolaan Baitulmal.

Islam tidak pernah membeda-bedakan martabat manusia dari sukunya. Seperti firman Allah dalam surah Al-Hujurat Ayat 13:

“Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan , kemudian Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.”

Sangat jelas perbedaannya, ketika aturan Islam diterapkan. Dan sudah terbukti selama 13 abad sekitar 2/3 dunia, Islam mampu menyatukan suku dan ras tanpa adanya konflik. Penerapan sistem Islam ini menjamin kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan menghilangkan ketimpangan. Hanya dengan penerapan aturan Islam secara kaffah, maka berbagai permasalahan dan konflik bisa diatasi. Karena dengan Islam, negara akan mampu melihat masalah utama manusia secara keseluruhan.

Wallahu a’lam bishowab.

Artikulli paraprakWahai Pemuda, Lepaskanlah Dirimu dari Jeratan Kapitalisme!
Artikulli tjetërMoU Perlindungan Anak, Benarkah Singapura Teladan?
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini