Oleh. Choirin Fitri
Suara-suara yang bergema di bulan Ramadan sangat jauh berbeda dengan di luar bulan mulia ini. Why? Karena, saat Ramadan tiba, musala, masjid, langgar, atau surau tidak diam membisu. Pascasalat Subuh, jelang Maghrib, plus bakda salat tarawih bergema suara lantunan Al-Qur’an. Tidak hanya anak-anak yang masih duduk di bangku TPQ, remaja, bahkan yang sudah berumur pun menggemakan ayat-ayat Allah.
Jika menemukan suasana semacam ini, berarti jelas-jelas nyata kita sedang menikmati bulan mulia Ramadan. Bulan yang disebut juga bulan Al-Qur’an. Why? Coz, Allah telah menurunkan wahyu pertama pada Nabi Muhammad Saw di bulan mulia ini, tepat tanggal 17 Ramadan.
Enggak heran dong, ya, jika bulan Ramadan tiba, kaum muslim sibuk mengejar khatam demi meraup pahala berlimpah yang disediakan Pemiliknya. Gimana dengan kamu? Samakah?
Ya, samalah, ya. Enggak asyik banget kalau sampai sebulan puasa kita enggak khatam. Minimal sekali khatamlah yang kita targetkan. Kalau lebih, malah bagus banget. Tabungan pahala, bakal menggunung dan tak terhitung.
Nyatanya enggak hanya kita saja yang mengejar khatam di bulan Ramadan. Ada banyak ulama yang mereka khatam berulangkali di bulan Al-Qur’an ini.
Kenal seorang ulama bernama Imam Asy-Syafi’i? Beliau adalah seorang ulama yang luar biasa dan banyak digandrungi oleh kaum muslim di negeri +62. Kerennya adalah beliau bisa khatam 60 kali saat bulan Ramadan tiba.
Sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman,
كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً
“Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam salat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36).
Bayangin deh, Imam Syafi’i berarti mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali! Masyaallah. Luar biasa bukan ulama yang satu ini?
Ada lagi seorang ulama yang bernama Ibnu ‘Asakir. Beliau adalah seorang ulama hadis dari negeri Syam. Nama kunyahnya Abul Qasim. Beliau penulis kitab yang terkenal yaitu Tarikh Dimasyq.
Anaknya yang bernama Al-Qasim mengatakan mengenai bapaknya, “Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan salat jemaah dan tilawah Al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadan, beliau khatamkan Al-Qur’an setiap hari. Beliau biasa beritikaf di Al-Manarah Asy-Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunah dan rajin berzikir.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 20: 562)
Sungguh, masih banyak lagi para ulama yang capaian khatamnya di bulan mulia ini luar biasa. Bahkan, di era modern ini bisa jadi belum ada yang mampu meneladani capaian mereka.
Lalu, gimana dong dengan kita? Tenang! Sabar! Jika memang tidak mampu seperti para ulama ini, buatlah target pribadi yang mampu dilakukan. Bukan target seperti milik orang lain yang kita copas. Tentunya bakal bikin kita terseok-seok mengikuti target orang lain yang belum tentu kita mampu. Mending buat sendiri. Coba deh!
Agar khatam sekali terkejar di bulan Ramadan ini adalah beberapa tips yang beredar di media sosial. Tiap selesai salat 2 lembar. Berarti hasil kalkulasi sehari 5 kali salat wajib, berarti 10 lembar. Pas nih kalau target sekali khatam.
Oh ya, jangan lupa siapkan plane B. Jangan hanya plane A saja seperti itu. Why? Because, terkadang target belum tentu bisa terlaksana atau mungkin kurang sempurna.
Seperti, seorang muslimah yang tiap bulan bakal kedatangan ‘tamu’ bulanan. Dia enggak dibolehin baca Al-Qur’an. Atau mungkin karena kita sakit. Atau mungkin kita ter-distract dengan kesibukan lain yang menyita waktu. So, plane B berguna untuk kondisi-kondisi semacam ini.
Plane B yang bisa kita lakukan agar target khatam sekali sebulan bisa tercapai adalah dengan membaca tilawah lebih banyak dari biasanya. Cara ini efektif buat nutupi target baca Al-Qur’an yang bolong karena alasan syar’i.
Eh, tapi jangan sampai njejar khatam aja ya! Kita kudu bin wajib bersemangat mengerti makna Al-Qur’an. Karena apa? Karena Al-Qur’an juga diposisikan oleh Allah sebagai petunjuk hidup manusia. Lha, kalau kita enggak belajar isi Al-Qur’an, bisa berabe urusan. Iya, enggak?