Oleh: Muthmainnah Ilham, S.Pd., AWP.
(Praktisi Pendidikan dan Aktivis Muslimah)
Linimasanews.com—Kian hari kita dikejutkan dengan beragam berita kriminal yang justru dilakukan oleh generasi muda. Bahkan, berbagai tindakan tersebut viral di media sosial. Seperti kasus penganiayaan yang dilakukan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap David, putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina. Penganiayaan tersebut dilakukan secara brutal oleh Mario di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB (cnnindonesia.com, 25/2/2023).
Kabar lain, Polres Purwakarta juga telah mengamankan lima orang pemuda yang melakukan percobaan pencurian dengan kekerasan dan atau penganiayaan. Kelima pemuda ini yakni W (18) warga Desa Parakanlima, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, RM (18) warga Desa Sukajaya Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, KS (19) warga Desa Salem, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta, RR (18) warga Desa Lebakanyar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta dan DA (17) warga Desa Kertajaya, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta (jurnalpolri.com, 22/2/2023).
Di Bone, Sulawesi Selatan, siswi SMP meninggal dunia usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. Korban mengaku diperkosa secara beramai-ramai oleh empat rekan sekolahnya. Orang tua korban terkejut dan membawa anaknya ke kantor polisi untuk melapor pada Minggu, 12 Februari 2023 (Kompas.com, 24/2/2023).
Beragam tindak kejahatan yang dilakukan generasi muda sepatutnya menjadi perhatian kita bersama. Ada apa dengan para generasi muda saat ini? Mengapa mereka dengan mudah melakukan tindak kejahatan?
Kita prihatin. Kondisi pemuda yang telah kehilangan identitas, krisis moral dan senang melakukan kekerasan ini harus menjadi perhatian bersama. Apalagi, tindakan semacam ini bukan hal yang pertama, bahkan terus berulang. Hal ini menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini.
Sistem pendidikan gagal membentuk anak didik yang beriman dan bertakwa. Sebab, pendidikan saat ini tidak dibangun berdasarkan akidah Islam. Bahkan, pelajaran agama pun hanya beberapa jam pelajaran dalam sepekan.
Dalam tatanan individu dan peran keluarga pun gagal membentuk generasi yang berakhlak mulia. Lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji menyebabkan rusaknya masyarakat.
Semua itu adalah buah dari sistem yang rusak karena berdasarkan sekularisme yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala sesuatu. Pergaulan di lingkungan masyakarat sekuler ini cenderung liberal atau bebas. Inilah gambaran rusaknya tatanan kehidupan saat ini.
Islam Mewujudkan Pemuda Dambaan Umat
Telah jelas bahwa akar masalah pemuda hari ini karena diterapkannya sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Oleh karena itu, asas kehidupan sekularisme ini harus dicabut dari pemikiran umat Islam. Kemudian, diganti dengan asas yang benar, yaitu akidah Islam. Dengan demikian, seluruh pemikiran dan aturan yang diterapkan di tengah masyarakat akan berdasar pada akidah Islam.
Menjadikan akidah Islam sebagai asas kehidupan adalah sebuah kewajiban bagi umat Islam. Selain itu, Islam adalah solusi atas berbagai problematika kehidupan saat ini. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Maidah: 48,
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah.”
Islam memiliki pandangan yang komprehensif dalam menyelesaikan masalah budaya kekerasan pada pemuda. Islam mampu mewujudkan pemuda berakhlak mulia yang menjadi dambaan umat.
Negara Islam akan menerapkan semua tatanan kehidupan berdasarkan asas akidah Islam. Pemerintahan Islam membangun sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam dan bertujuan membentuk sosok berkepribadian Islam, yaitu yang memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dengan kepribadian Islam ini para muda akan menjadi orang-orang yang taat pada syariat dan jauh dari budaya kekerasan. Mereka pun akan memahami perbuatan yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan.
Negara juga berperan merevitalisasi peran keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak, juga peran masyarakat sebagai pelaku amar makruf nahi mungkar. Dengan demikian, tiga benteng kokoh tegak untuk melindungi generasi muda dari berbuat kriminal.
Jika masih ada pemuda yang berbuat kriminal, jika dia sudah baligh, akan diberi sanksi tegas sesuai syariat. Selain itu, negara juga akan menjaga lingkungan dengan membentuk lingkungan yang islami. Dengan demikian, para pemuda akan senantiasa ada dalam suasana syiar Islam.
Dengan solusi komprehensif yang ditegakkan negara Islam, budaya kekerasan akan hilang. Generasi muda Islam akan menjadi pemuda dambaan umat, pembangun peradaban Islam yang gemilang.