Oleh: Triana Noviandari
Linimasanews.com—Negeri ini dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Namun, kekayaan ini seperti fatamorgana belaka. Pasalnya, negeri yang kaya ini tingkat stuntingnya masih tinggi.
Prevalensi balita yang mengalami stunting menurut hasil Survey Status Gizi Indonesia (2021) yaitu sebesar 24.4% atau 5,33 juta balita (kemenkopmk.go.id, 20/1/22). Angka tersebut masih menunjukkan bahwa stunting di Indonesia masih lebih tinggi dari toleransi maksimal yang ditetapkan oleh WHO, yaitu kurang dari 20 persen. (Kompas.com, 20/05/21).
Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak akibat dari kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama menyebabkan tinggi badan anak lebih pendek dari standar tinggi badan anak seusianya. Stunting bisa terjadi sejak janin dalam kandungan hingga awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Akibat dari stunting akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kecerdasan anak di masa datang.
Upaya Penanganan Stunting
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengungkapkan penyebab stunting dilatarbelakangi oleh fenomena kemiskinan ekstrem seperti kendala dalam mengakses kebutuhan dasar, akses air bersih, fasilitas sanitasi dan lainnya. Stunting ini 60 persen beririsan dengan keluarga miskin ekstrem.
Pemerintah melakukan upaya serius dalan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan. Sementara intervensi gizi sensitif, yakni intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting, seperti penyediaan air bersih, MCK, dan fasilitas sanitasi (republika.co.id, 14/1/2023).
Presiden Jokowi telah menargetkan mengentaskan masalah kemiskinan ekstrem nasional di tahun 2024 menjadi 0 persen, dan masalah stunting turun menjadi 14 persen. Intervensi sensitif yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan yakni menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin melalui program Subsidi Beras Masyarakat Berpenghasilan Rendah (Raskin/Rastra) dan Program Keluarga Harapan (PKH). Selain itu, intervensi sensitif penunjang yakni dalam peningkatan ketahanan pangan dan gizi juga dilakukan melalui Program Ketahanan Pangan dan Gizi.
Penanganan pemerintah dengan berbagai programnya untuk mengatasi stunting belum juga menuai hasil yang memuaskan. Masih saja ditemui balita yang mengalami stunting di berbagai wilayah.
Akar Permasalahan Stunting
Solusi yang dijalankan pemerintah masih seputar pada program-program bantuan untuk mengatasi stunting. Namun, solusi ini belum menyentuh akar permasalahannya. Permasalahan stunting sangatlah erat kaitannya dengan kemiskinan. Jika menelisik lebih dalam, masalah kemiskinan yang terjadi di negeri ini adalah kemiskinan sistematis.
Sistem kapitalis yang mencengkeram di negeri ini sangat berpengaruh terhadap segala bidang kehidupan termasuk masalah politik, perekonomian, kesehatan, pendidikan, sosial, dan budaya. Cengkeraman kapitalis membuat kondisi negeri ini karut marut.
Ditambah lagi kebijakan lebih berpihak kepada pengusaha. Hal ini membuat kekayaan alam negeri ini hanya dikuasai segelintir orang. Dalam laporan Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menyatakan 1 persen orang kaya di Indonesia menguasai 50 persen asset Nasional (tempo.co, 10/10/2019).
Pada saat yang sama, rakyat harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan penghasilan yang jumlahnya tidak seberapa. Kekayaan alam yang melimpah ruah tidak bisa dinikmati oleh rakyat karena diserahkan kepada swasta untuk mengelolanya.
Pendapatan rakyat yang rendah, lapangan pekerjaan yang sempit, harga pangan melambung tinggi, membuat rakyat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mendasarnya. Belum lagi untuk mendapatkan pelayanan fasilitas umum seperti kesehatan, pendidikan, listrik, air, dan BBM harus membayar dengan biaya yang mahal.
Bisa dibayangkan bagaimana keadaan rakyat dengan penghasilan rendah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Makan bergizi merupakan sesuatu hal mewah bagi rakyat kecil. Makan satu kali sehari saja sudah syukur.
Solusi Islam Mengatasi Stunting
Keadaan rakyat yang begitu mengenaskan tentu membuat pertanyaan di mana peran negara? Negara yang seharusnya memberikan pelayanan ternyata abai. Beginilah kondisi negeri ini yang telah dicengkeram oleh sistem kapitalis. Negara hanya sebagai regulator dengan membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada pengusaha. Maka, wajar jika kekayaan negeri ini hanya dinikmati segelintir orang.
Mengatasi dan mencegah stunting tidak bisa diubah hanya dengan program-program bantuan saja. Akan tetapi, melalui perubahan sistem yang telah mencengkeram negeri ini.
Diperlukan aturan yang tepat untuk mengentaskan kemiskinan dan mencegah stunting. Aturan itu adalah aturan yang bersumber dari Sang Pencipta manusia dan alam semesta, yaitu Allah SWT. Maka, Islamlah yang bisa memberikan solusi segala permasalahan.
Penyebab kemiskinan adalah distribusi kekayaan yang tidak merata. Pendistribusian kekayaan sangat di pengaruhi cara pandang dalam pengaturan bidang ekonomi. Politik ekonomi Islam memandang bahwa pemerintah menjamin kebutuhan primer rakyat seperti sandang, pangan dan papan.
Jaminan pemenuhan ini bukan berarti negara membiarkan rakyat bermalas-malasan menunggu bantuan dari pemerintah. Mekanisme yang diberlakukan dalam Islam dengan mewajibkan bagi seorang laki-laki untuk bekerja menafkahi keluarganya. Jika tidak mampu bekerja seperti sakit, tua renta atau cacat maka kewajiban nafkah diserahkan kepada ahli warisnya. Jika tidak memiliki ahli waris maka negara yang akan memenuhi kebutuhan mendasar rakyat dengan mengambil dana dari Baitulmal.
Lapangan pekerjaan dibuka seluas-luasnya dengan memberikan kesempatan rakyat bekerja di perusahaan negara, instansi pemerintahan. Selain itu, negara memberikan bantuan bisa berupa modal bagi yang tidak memilikinya. Pemberian lahan pertanian bagi petani yang tidak memiliki lahan.
Pengelolaan sumber daya alam yang merupakan kepemilikan umum, maka harus dikelola oleh negara. Tidak boleh diberikan swasta dalam mengelolanya. Hasil pengelolaan ini digunakan untuk membiayai fasilitas-fasilitas umum sehingga rakyat bisa mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan, listrik, air, dan BBM dengan cuma-cuma.
Sudah selayaknya Islam sebagai paduan kehidupan dalam menyelesaikan segala permasalahan yang mendera negeri ini. Solusi Islam seperti ini akan terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah.
Wallahu a’lam bishowab.