Linimasanews.com—Ketua Kornas Kohati- HMI periode 2018-2020, Apri Hardiyanti, S.H. membeberkan kritiknya atas kegagalan negara dalam mewujudkan tujuan pembangunan pemuda yang disebutkan Undang-Undang nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan.
“Di situ tujuan pembangunan pemuda adalah membentuk pemuda yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki akhlak mulia, kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, berdasarkan undang-undang 45. Tapi, mari kita kritisi poin-poinnya itu,” ungkapnya dalam Risalah Akhir Tahun 2022: Peduli Generasi Pemimpin Umat, Sabtu (31/12/2022) di Jakarta.
Apri menilai, narasi sekuler kapitalis mendominasi implementasi regulasi tersebut. Menurutnya, melalui instrumen lembaga dan kementeriannya negara sibuk membentuk duta-duta moderasi, melawan ekstremisme, melabeli radikal kepada pemuda yang belajar Islam dan menunjukkan identitas keislamannya.
Akibatnya, menurut Apri, terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa hanya jadi idealita yang tidak mungkin terealisasi di sistem saat ini.
“Justru pemuda-pemuda saat ini dengan bangganya menyuarakan: lawan syariat Islam, lawan ekstrimisme,” ujarnya.
Selanjutnya, dalam hal mewujudkan pemuda berakhlak mulia, Apri menilai saat ini terjadi krisis akhlak dan degradasi moral yang disebabkan tidak menjadikan nilai agama sebagai standar.
“Yang dijadikan standar adalah nilai-nilai HAM, kesetaraan gender, kemudian nilai-nilai liberal, seperti yang tertuang di dalam permen dikbudristek kemarin yang no. 30 tahun 2021 yang kontroversi, di mana itu legalisasi zina di kampus, legalisasi di kalangan pemuda,” terangnya.
Sementara itu, dalam hal kepemimpinan dan kewirausahaan, Apri menyebut pemuda hari ini tidak bisa memimpin umat karena hanya dicukupkan untuk berkerja, memenuhi tuntunan industri. Wirausaha yang ditumbuhkan pun dalam hal yang tidak sesuai dengan Islam.
“Pemerintah sangat mendukung industri kreatif yang tidak sesuai dengan Islam. Contohnya, Citayam Fashion Week. Kemudian, Farel Prayoga yang viral karena nyanyian kemudian diangkat menjadi duta kekayaan intelektual. Betapa rendahnya saat ini peran pemuda kita. Ini yang perlu kita sadari bersama,” pungkasnya.[]