Mati demi Demokrasi, Akankah Beroleh Syafaat Nabi?

0
320

Oleh: Aulia Rahmah
(Kelompok Penulis Peduli Umat)

Telah tercatat 70 calon kepala daerah dan 100 orang penyelenggara pemilu terinfeksi virus Covid 19 termasuk ketua KPU, 4 orang diantaranya meninggal dunia. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva menyampaikan keprihatinannya terkait hal itu. “Betapa besar pengorbanan untuk Demokrasi”, ujarnya dilansir dari Bisnis.com (28/11).

***

Komentar:
1. Demokrasi lahir dari peradaban asing di luar Islam. Sistem ini berasal dari Yunani kuno, di negara kota Athena, dipimpin oleh Cleistenes pada tahun 508-507 SM. Sistem ini berkembang di Barat, termasuk di Inggris, Jerman, dan Amerika. Menjelang runtuhnya Khilafah Islam Turki antara abad 18 -19, demokrasi dikembangkan oleh Musthafa Kemal Attaturk. Demokrasi juga dipaksakan oleh negara-negara kolonialis di dunia Islam untuk mengembangkan misi ‘Gold, Glori, dan Gospel’-nya.

2. Demokrasi merupakan bagian dari hukum jahiliyah yang tidak boleh dilaksanakan. Sebab, di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan bahwa Dia-lah sumber hukum terbaik. Meyakini lalu mengambil demokrasi untuk digunakan dalam rangka menjalankan pemerintahan, maka muslimin akan digolongkan sebagai orang jahiliyah yang tak beriman.

Allah berfirman:
“Apakah hukum jahiliyah yang kalian kehendaki, maka hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Qs. Al maidah: 50)

3. Dasar demokrasi adalah sekularisme. Dengan sekularisme dan kebebasan tanpa batas, akan memberi peluang kepada orang-orang kafir untuk memimpin dan menguasai umat Islam dengan beragam kekayaan yang dimilikinya. Padahal, dengan syariat Islam, Allah berkehendak akan menjadikan kaum muslim sebagai khalifah/ pemimpin yang mengelola kekayaan alam dengan adil dan Makmur. Dengan Islam pula, akan menjadi jalan bagi kholifah untuk membebaskan dunia dari penjajahan dan merealisasikan Islam rahmatan lil alamin.

4. Demokrasi juga memberi peluang pada sesuatu yang haram menjadi halal. Seperti pelarangan minol (minuman beralkohol) saat ini yang mendapat penolakan dari banyak pihak. Alasannya karena keberagaman dan tidak adanya korelasi antara minol terhadap tindak kejahatan. Padahal, Allah menjelaskan bahwa ciri orang beriman adalah “sami’na wa atho’na”, yaitu menerima dengan ikhlas segala ketetapan yang ada dalam agama.

5. Demokrasi memelihara kebohongan. Demokrasi kerap mempromosikan sistem prorakyat. Faktanya justru menciptakan kekuasaan oligarki dan mengkhianati rakyat sendiri. Bahkan, kini demokrasi berpotensi memberi peluang kepada politik dinasti.

Suara rakyat hanya berguna saat pemilu saja, selama setahun penuh rakyat dipecundangi. Padahal, Rasulullah mengajarkan agar memanfaatkan amanah kepemimpinan dengan baik. Artinya, sifat jujur dan terpercaya haruslah selalu mengiringi jiwa-jiwa para pemimpin.

6. Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkan kebohongan, apalagi pembangkangan terhadap syariat Islam. Rasulullah menjelaskan bahwa hanya dengan berpegang kepada syariat Islam lah manusia akan tertunjuki kepada jalan yang benar, jalan yang diridhai Allah. Yaitu, jalan yang mengantarkan manusia beroleh kebahagiaan abadi di surga.

Rasulullah telah berpesan, “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selamanya jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan Sunnahku.” (HR. Al hakim)

Jika saat ini kaum muslim mengikuti jalan orang asing jahiliyah yang tak beriman, akankah Rasulullah mengakui kita sebagai umatnya dan memberikan syafaatnya pada kita yang tidak sepenuh hati menjadikan beliau sebagai super leadership ?

7. Membentuk peradaban Islam yang bermartabat dan disegani dunia adalah dengan mengambil tuntunan yang diajarkan Rasulullah secara menyeluruh, tidak hanya memilih pada aspek yang disukai saja. Dari aspek ekonomi, politik, sosial, pertahan keamanan, politik luar negeri, dll haruslah bersumber dari Islam. Dengan sistem khilafah, kaum muslim akan terlindungi akidah, negara, dan kekayaan alamnya. Dengan menapaki jalan warisan Rasul, maka kelak atas rahmat Allah, kita akan beroleh syafaatnya. Wallahu a’lam bi ash-showab.

Artikulli paraprakKomodoku Sayang Komodoku Terbuang
Artikulli tjetërNasib Papua di Ambang Puncak Derita
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini