Suara Pembaca
Duhai, setiap hari kenyataan pahit merangsek dalam setiap kepala dan memenuhi dada rakyat menengah ke bawah. Satu persoalan belum usai, menyusul persoalan lain yang tak kalah pelik. Slogan September Ceria seakan menertawakan kondisi yang bertentangan dengan makna slogan tersebut.
Bagai pungguk merindukan bulan. Peribahasa itu menjadi cermin pada upaya rakyat dalam mencari kesejahteraan. Slogan “September Ceria” nyatanya tak mampu mendatangkan kebahagiaan. Justru di awal bulan, kado pahit diberikan negara dengan naiknya BBM nonsubsidi. Belum lagi, harga beras yang masih melambung tinggi.
Beras merupakan makanan pokok negeri ini. Namun, harganya yang meroket membuat banyak rakyat menjerit. Apa yang terjadi pada negeri ini sungguh membuat rakyat terus mencari mata air kesejahteraan. Berbagai upaya dilakukan oleh rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut, tetapi tetap tak terjangkau.
Ketahanan pangan yang dicanangkan seakan mengalami kemacetan total sebelum memulai prosesnya. Terlebih, solusi pemerintah saat terjadi kenaikan harga bahan pokok, dalam hal ini beras adalah membuka keran impor. Padahal, impor bisa mematikan produktivitas petani padi.
Saat ini pun, Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi mengaku kesulitan mencari negara untuk mengimpor beras. Menurutnya, ini imbas sejumlah negara yang membatasi ekspor pangan, termasuk India yang baru menghentikan ekspor komoditas tersebut. Jokowi, dalam orasinya di Institut Pertanian Bogor pada Jumat, 15 September 2023, memaparkan perkiraannya soal tantangan yang berpotensi akan dihadapi Indonesia, termasuk soal krisis pangan. Ia menyinggung soal upaya kerasnya memperbesar cadangan strategis nasional untuk beras (15/9).
Jika impor beras tetap dijadikan primadona, maka kedaulatan pangan hanya sebatas angan semata. Inilah potret sistem kapitalisme yang dianut oleh negeri ini. Rakyat harus terus mencari mata air kesejahteraan di negeri kaya ini. Selama sistem kapitalisme yang diterapkan, negara akan menghindar dari tugas utamanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Mencari mata air kesejahteraan adalah sebuah kemustahilan dalam sistem kapitalisme. Kesalahan tata kelola sistem ekonomi saat ini meniscayakan kemiskinan dan penderitaan karena kapitalisme menceraikan negara dari tanggung jawabnya kepada rakyat. Seharusnya, rakyat dan penguasa muslim menyadari kesalahan besar ini. Setelah itu, rakyat dan penguasa muslim mengganti sistem rusak dengan sistem yang baik, yakni sistem yang berasal dari Zat Yang Maha Baik.
Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Ummat)