Menulis Sebagai Wujud Syukurku

0
346

Oleh: Dhevy Hakim

“Dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Nabi Saw. bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu.” (HR Bukhari)

Subhanallah, kuawali kisahku dalam menulis dengan mengutip hadis tersebut. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari itu mengingatkan diri yang lemah ini untuk pandai-pandai bersyukur. Ya, bersyukur atas nikmat sehat dan nikmat yang masih diberikan oleh Allah SWT.

Di akhir tahun 2020, saat itu aku harus operasi caesar untuk ketiga kalinya. Saat itu, terpaksa diambil tindakan karena ketuban sudah pecah sedang umur kehamilan baru menginjak 32 minggu. Vonis terburuk disampaikan dokter, ada kemungkinan bayi belum siap parunya sedang alat bantu paru sedang kosong. Aku pun pasrah. Singkat cerita segala kemudahan Allah berikan, hamdanlillah bayiku lahir selamat. Namun, rupanya ujian belum usai. Anakku seminggu kemudian harus dirawat karena kuning. Tiga hari opname, Alhamdulillah sudah bisa pulang, lega rasanya.

Kelegaan itu pun tidak berselang. Beberapa bulan kemudian ujian kembali datang, suami sakit tidak seperti biasanya. Hidung dan lidah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dugaan terkuat terinfeksi covid. Keesokan harinya, gantian anak-anak pada demam. Saat itu memang parah-parahnya corona. Seminggu berikutnya, tiba-tiba hidung ini tidak bisa mengenali bau apa pun. Panik, tentu saja, aku bingung mau berbuat apa. Sedangkan kondisi di perantauan jauh dari sanak saudara. Lagi-lagi, aku hanya bisa pasrah.

Beruntungnya bisa berkenalan dengan pengemban dakwah di sana. Bantuan demi bantuan bisa membuat kami sekeluarga bertahan. Alhamdulillah, hampir tiga pekan berikutnya masa sulit itu berlalu. Nikmat sehat dan waktu karena masih diberi kesempatan hidup inilah yang menguatkan niat berkontribusi dengan segala yang bisa kulakukan dan kumiliki untuk agama ini.

Terlebih saat itu hampir setiap jam dalam sehari berita duka atas meninggalnya para ulama, ustadz, dan para pejuang Islam. Pandemi covid-19 melanda siapa saja. Sungguh kesedihan yang mendalam, satu per satu beliau yang mempunyai ilmu, hanif dalam berjuang meninggalkan kita semua. Sedangkan para pembenci Islam terus saja berupaya membuat propaganda dan menghalalkan segala cara supaya Islam tidak tegak kembali. Kata seorang guruku, di antara beliau-beliau itu siapa yang mau daftar mengambil alih kemampuan beliau?

Pertanyaan itu, membuatku semalaman suntuk berpikir. “Iya, aku bisa mengambil bagian apa?” kataku dalam hati. “Bahasa Arab? Tafsir? Analis politik? Motivator? Inisiator? Atau apa?”

Lama merenung. Bismillah, menulis menjadi pilihan yang Al-Fakir pilih. Saat itu, ilmu kepenulisan benar-benar masih kosong. Mungkin bermodal ilmu di bangku sekolah saja, itu pun sudah puluhan tahun silam. Bermodal suka membaca dan sedikit tips yang kubaca di buku “Retorika Pengemban Dakwah” mulai menulis opini.

Setiap kali menulis satu naskah opini, yang kulakukan saat itu hanya mengikuti tips seperti kalau saya menyampaikan lisan. Alurnya kuikuti saja, hanya kuubah dalam bahasa tulisan. Urutan tulisan kurumuskan dari membaca tulisan teman-teman. Bahkan, yang namanya ‘lead’ baru kudapatkan saat mengikuti kelas di Linimasa bersama Cikgu Fang (Jazakillah khair, Cikgu), padahal dari awal menulis puisi selalu kuawali dengan quote, sebuah ayat ataupun peribahasa.

Sadar diri dengan kekurangan dan merasa terpacu oleh waktu. Sadar umur tidak ada yang pernah tahu sampai kapan kesempatan hidup yang kupunya, membuatku semangat mengikuti kelas menulis meski masih sebatas kelas yang gratisan. Dari kelas kepenulisan itulah ilmu kepenulisan kudapatkan. Berbagai motivasi menulis tak ketinggalan. Seperti menulis sebagai jejak di semesta, menulis untuk menjaring pahala, serta tips-tips menggali ide dalam menulis. Alhamdulillah.

Tidak lupa event demi event kuikuti saja, seolah aku takut esok tak ada lagi kesempatan untukku berkarya. Berbagai challenge kuikuti sebagai langkah untuk menantang diri ini supaya giat menulis. Terkadang badmood itu melanda. Tabiat manusia sering bosan. Challenge menulis bisa menjadi solusi untuk membiasakan diri menulis. Setidaknya itu yang kurasakan. Sesekali challenge yang ringan seperti menulis cerpen, cernak, quote, dan puisi kupilih. Impianku, mengikuti berbagai challenge dalam rangka syiar Islam ataupun mengajak berfikir akan kebobrokan sistem kapitalisme saat ini, meski lewat karya sederhana seperti pantun, puisi, atau quote.

Mudah? Tentu tidak. Pada akhirnya manusia memiliki kemampuan terbatas. Terlahir sebagai perempuan, tentu tidak boleh melupakan kodratnya. Bagaimanapun kewajiban utama adalah menjadi al-umm wa rabbatul bait. Keputusan menjadi penulis harus dikomunikasikan dengan keluarga, dukungan dari keluarga sangat penting. Hal ini berpengaruh pada manejemen mengurus anak dan manajemen mengatur waktu. Sehingga, semuanya bisa berjalan dengan baik, tanpa ada yang diabaikan.

Inilah sepenggal kisah yang Al-Fakir tuliskan. Ayuk, terus menulis, mengasah kemampuan, dan terus berkarya selagi ada waktu. Manfaatkan nikmat sehat dan hidup untuk terus menyebarkan kebaikan hingga Islam tegak kembali atau Allah memanggilmu pulang.
Wallahu a’lam.

Artikulli paraprakEmak Strong untuk Generasi Hebat
Artikulli tjetërIstri, Sahabat di Jalan Dakwah, Penyejuk di Kala Gundah
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini