Oleh: Mak Ayu
Bergulung-gulung pekat langit hitam
Angin menusuk belulang rapuh
Hamburkan dedaunan berbaur debu
Guntur bersautan bersama loncatan api
Hujan menerus mendekap tiap rumah
Kegelapan menyelimuti
Badai tornado menghampiri
Jiwa-jiwa kalut berhimpitan di balik pintu
Saling mendekap sang pujaan hati
Merundukkan kepala dalam kepasrahan
Tengadahkan tangan mengharap keselamatan
Komat-kamit lantunkan dzikir panjang
Agar balak tak menyentuh nafasnya
Betapa takutnya kalian
Ketika alam menunjukkan satu sisi wajahnya
Padahal kematian jua tak bisa kautampik
Tergulung dalam hitam badai alam
Atau…
Tergulung dalam hitam kehidupan
Mengapa, kalian lebih takut gelapnya alam?
Tanpa merasa takut dalam kegelapan kehidupan
Berjalan menapaki tangga membeli tahta
Menebar pesona melewati jasad tanpa ruh
Bermuka manis menikmati bantuan berjangka
Menawarkan cinta berbalut materi
Hingga hilang akal tergerus laju keinginan
Kegelapan demi kegelapan kalian rambah
Untuk setetes air di ujung jari
Cahaya yang hadir 1400 tahun lalu
Kalian tepis karena masih ada matahari
Kalian sembunyikan dalam congkak kapital
Kalian tunda menganggap esok masih panjang
Pekat gelap badai tornado
Adalah lubang kehidupan terkelam
Tanpa aturan Islam yang menjadi cahaya
Meski menjadi bencana massal bertubi
Berkali dipukul, diseret dalam jurang kehinaan
Belumkah membuat kalian menyadari?
Belumkah membuat kalian takut?
Hingga terus menunggu keringat kering
Utopisnya kapitalisme sekuler
Oh… Tidak!
Aku akan terus meronta
Berjalan menyusuri lorong kehidupan
Di mana ada terang berada
Aku akan terus mengikutinya
Tinggalkan gulungan kegelapan
Sungguh pertolongan Allah sangat dekat