Oleh: Nurmilati
Pagi membuka semesta dengan rintik hujan
Gemerciknya menenangkan perasaan
Hujan, kedatanganmu selalu dinanti
Rahmat dan keberkahan kaubawa untuk penduduk negeri
Namun, hujan di awal putaran tahun ini
Menyelimuti negeri dengan duka nestapa
Bencana datang beruntun menegur kami yang alpa
Lalai dengan perintah, abai dengan aturan Sang Mahakuasa
Hujan menderas, banjir melanda
Melabuhkan segalanya dihapus hujan sehari
Keresahan bersemayam di dada
Empati tak kunjung jua diberi
Terpaku, membisu dalam dingin menggigil
Tubuh ringkih dengan netra menerawang
Menanti para jumawa terpanggil
Dulu tatapan matamu setajam elang
Mengiba suara kami yang jutaan
Tuk hantarkanmu meraih tahta
Kini, kami terabaikan dengan derita
Dalam susah tak berkesudahan
Keserakahan meliputi nurani
Tak peduli mengancam negeri
Kekayaan hanya untuk koloni
Seakan hendak dibawa mati
Apakah Engkau murka?
Pada kami yang durhaka
Tak jua bertaubat akan maksiat
Hingga Engkau turunkan pengingat
Ya Allah, ampuni kami yang lemah
Tak mampu berbuat lebih untuk alam
Lisan kami tak kuasa untuk menyampaikan amanah
Hanya lewat do’a kami dari palung hati terdalam
Semoga Engkau segera angkat musibah yang meluah
Kan kami jadikan muhasabah
Tuk lebih taat pada aturan-Mu
Sejatinya hujan adalah anugrah, bukan sendu