Oleh: Raihana Muthiah (Ibu dari dua orang anak)
Mentari mulai bersinar, burung-burung berkicauan bertasbih pada sang Pencipta alam semestas. Pagi itu, masih dalam suasana pendemi. Nikmat yang Allah SWT masih berikan saat musibah datang, menjadi momen berharga tak tergantikan.
Seperti biasa, pagi itu Ayah berkerja WFH ( Work From Home). Berkisahlah seorang Ayah kepada Anaknya.
“ Nak, ingatlah, syurga ‘masih’ di bawah telapak kaki ibumu!.”
Lantas si Anak keheranan. “Apa maksud syurga ‘masih’ di bawah telapak kaki Ibu, Ayah? Bukankah memang sejak dulu, kita diminta Allah untuk berbakti pada kedua orang tua, terutama pada Ibu?.”
“Betul, Nak. Memang begitu adanya. Tetapi hari ini, banyak sekali anak yang telah dewasa memperlakukan ibunya dengan tidak baik. Kemarin Ayah baca berita, di Demak ada seorang anak yang memenjarakan Ibunya. Ada juga di NTB anak yang ingin memenjarakan Ibunya,“ Ayah menerangkan realita yang ada.
“Kenapa begitu, Ayah? Bukankah ibu telah mengandung 9 bulan, telah merawat anak-anak seperti Hiro sejak bayi sampai sekarang? Jasa ibu sangat besar, mungkin orang itu lupa ya, Ayah?” tanya si anak dengan polosnya.
“Mungkin saja dia lupa. Hari ini kita hidup dalam sistem sekuler, banyak muslim yang jauh dari agamanya, bahkan melupakannya. Tapi kakak Hiro tidak boleh lupa ya. Karena banyak sekali ayat Alqur’an dan Hadist yang menerangkan kewajiban kita berbakti pada kedua orang tua, terutama ibu. Karena 3 derajat lebih tinggi dari Ayah. Sebagaimana diterangkan di QS. Luqman: 13-14, bahwa ibu yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bukti kita bersyukur pada Allah adalah dengan berbakti kepada ibu bapakmu. Ingatlah pesan Rasulullah. ‘Berbaktilah kepadanya, karena surga itu di bawah kakinya (fainnal jannata tahta rijliha).’ Jangan pernah baktimu dikalahkan oleh harta, bahkan istrimu kelak, sebagaimana kisah Al-qomah yang durhaka pada ibunya.”
“Baik, Ayah.” ujar Hiro kecil.