Nggak Mau Kalah Sama Buzzerrp

0
210

Oleh: Dhevy Hakim

“Cara dakwah kita itu hanya ada dua. Kalau nggak ngomong, ya nulis. Kalau nggak nulis, ya ngomong. Jangan tidak dua-duanya.”
(Ustadz Ismail Yusanto)

Pesan dakwah tersebut sungguh luar biasa. Secara pribadi, cukup menggugah kesadaranku untuk mengambil langkah dalam dakwah lewat tulisan. Apalagi kondisi pandemi covid-19 menjadikan dakwah terjun langsung di tengah-tengah ummat menjadi terhenti. Saat itu (tahun 2020) penyebaran virus corona semakin merajalela, bahkan tidak pernah terpikir jika virus itu sampai di pelosok kampung, tempat perantauan saat itu. Kebijakan PSBB saat itu disusul PPKM membuat aktivitas di rumah saja.

Di sinilah, kreativitas dan kesungguhan para pejuang Islam diuji. Apakah pasrah atau tetap istiqomah menunaikan kewajiban berdakwah. Saat itu pula, mengubah kebiasaan masyarakat secara keseluruhan, yakni lebih banyak beraktivitas di dunia maya. Mau tidak mau, perubahan kondisi ini membuat para pengemban dakwah mengambil wasilah dakwah dengan memanfaatkan sosial media.

Adanya sosial media menjadikan arus informasi sangat cepat tersebar. Terkadang banyak hoax bertebaran. Mirisnya, sering menjadi alat mengumbar kebencian pada Islam ataupun menggiring opini tertentu oleh kalangan buzzerrp.

Polah tingkah para buzzer inilah yang menggelitik saya untuk memaksa mengayunkan tangan, mengetik satu kata menjadi kalimat. Awalnya, kegundahan, rasa sedih, rasa marah hanya bisa saya tuangkan lewat bait-bait puisi. Kadang kala kuungkapkan dalam status Facebook.

Kedzaliman yang nyata di tahun 2020 menurut saya adalah kengototan mengesahkan RUU Omnibus Law. Bagaimana tidak? Sebegitu banyak akademisi menolak, sebegitu besar penolakan rakyat, tapi seolah oleh para buzzer terus dinarasikan begitu indahnya. Parahnya, saat RUU tersebut menjadi UU ‘Tik Tok’ dengan segala drama jumlah dan ukuran kertas. Anehnya, lagi-lagi para buzzer menarasikan sedemikian rupa. Saat itu membuat jiwa ‘aktivis’ saya meronta-ronta. Dalam hati ini, “Aku nggak mau kalah sama buzzer itu!”

Keresahan yang paling mendalam, saat Islam terus menerus dihadapkan dengan narasi teroris, ekstremis, dan radikal. Para buzzer terus melenggang meski pernyataan demi pernyataan mereka sudah masuk narasi penodaan agama. Hati ini rasanya teriris, “Ya Allah dengan hujjah apa hamba harus berkata jika hamba hanya diam seribu bahasa?”

Dari sinilah, opini demi opini mulai kutulis, kemudian dikirim ke media online. Satu minggu satu tulisan. Alhamdulillah bisa kutunaikan walaupun terkadang molor dari target yang sudah dicanangkan. Menjadi penulis opini memang tidaklah gampang. Banyak bekal yang harus dipersiapkan, seperti kerangka tulisan dari mulai lead, fakta, analisa maupun kesimpulan. Terkadang memilih judul menarik menjadi tantangan. Memburu berita harus dipaksakan, bagiku yang saat itu sambil mengurus anak yang masih 6 bulan. Setiap meja kusiapkan kertas kecil dan pensil, sebagai upaya kecilku jika sewaktu-waktu muncul ide di benakku.

Bagi seorang ibu dengan kewajiban utamanya mengasuh anak-anak dan mengatur rumah, menjadi penulis opini bukanlah hal mudah. Namun, juga bukan tidak mampu. Hal paling sulit adalah memulai. Itu yang kurasakan. Saat tulisan bisa tayang, menjadi motivasi diri sekaligus bukti sebenarnya seorang ibu pun bisa menulis.

Oh, iya, sebagaimana anjuran untuk berkumpul dengan orang-orang yang shalih, begitupun dengan aktivitas menulis. Mood booster yang luar biasa adalah berteman dengan sesama penulis ideologis. Meski, tidak pernah bersua, menjadi penyemangat yang luar biasa untuk ikut tergerak menulis saat melihat tulisan teman-teman tayang di media.

So, ayuk buat ibu-ibu janganlah kalah dengan para buzzerrp itu. Insyaallah, dengan keyakinan dan kesungguhan untuk menulis, Allah memberikan kemudahan di sana. Rapatkan barisan, jika tidak kita yang menjaga agama ini, lantas siapa?

Wallahu a’lam.

Artikulli paraprakLabel Halal City, Apa yang Harus Ditakuti?
Artikulli tjetërBerawal dari Mimpi
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini