Oleh: Aisyah Ummu Azra (Aktivis Muslimah)
Remaja—Pemuda tak bisa dilepaskan dari perubahan. Bila tujuannya adalah perubahan, pemudalah yang harus menjadi aktor utamanya. Pengaruh pemuda pada perubahan sangatlah besar. Hal ini pun bisa kita lihat pada perubahan besar sebuah peradaban, dari peradaban jahiliyah menuju peradaban Islam.
Saat Rasulullah saw. berdakwah, generasi pertama yang menerima Islam mayoritas adalah pemuda. Yang terdepan dalam membela Islam hingga yang senantiasa bergelora di medan peperangan adalah pemuda. Lahirnya peradaban Islam pertama di Madinah tak lain juga dipelopori oleh kaum muda, yakni Mush’ab bin ‘Umair. Tak diragukan lagi kiprah para pemuda dalam mengubah peradaban mewujudkan kebangkitan Islam.
Namun sayangnya, hari ini pemuda menjadi penyumbang angka terbesar pada simpul keburukan, menambah timbunan sampah peradaban. Potret pemuda tak lagi cerah dan berkilau, bahkan kian hari kian buram. Lihat saja bagaimana pemuda hari ini memenuhi laman media sosial dengan konten unfaedah hanya demi cuan dan untuk eksistensi diri. Berbagai kasus kriminalitas juga aktor utamanya adalah para pemuda, tawuran, dan L687. Adapun kasus narkoba di kalangan pemuda rentang usia 15-35 tahun, pemakai 82,4 %, pengedar 47,1 %, kurir 31,4 % (Kominfo 2021).
Sementara seks bebas dikalangan remaja meningkat. Hal ini dilihat dari adanya ratusan remaja meminta permohonan dispensasi nikah. Anak menjadi korban perundungan. 1.187 anak pernah mengalami perundungan (Riset Save the Children Indonesia 2022 ).
Potret buram ini tentu tidak terjadi begitu saja. Ada faktor yang melatarbelakangi terjadinya pergeseran nilai di kalangan pemuda. Kehidupan sekuler kapitalistik membawa tantangan tersendiri bagi kehidupan para pemuda. Era digital pun begitu cepat memengaruhi pola pikiran pemuda. Kondisi yang dihadapi pemuda hari ini begitu berat dan kompleks, digempur dari berbagai arah.
Tantangan dalam Proses Perubahan
Harus disadari dan menjadi perhatian bersama tentang bagaimana kondisi pemuda hari ini. Tak cukup hanya mengkritisi tanpa berkontribusi. Sungguh kontribusi yang nyata dalam menyelamatkan para pemuda hari ini adalah mengarahkan mereka para jalan kebangkitan yang hakiki. Membersihkan mereka dari lumpur peradaban sekuler.
Tiada kebangkitan hakiki selain kebangkitan pada sesuatu yang akan melahirkan kebaikan, yakni pada kebangkitan Islam. Namun demikian, perlu kita sadari bahwa kebangkitan ini hanya bisa digapai oleh mereka yang berupaya serius meski jalannya tidaklah mulus. Yang tetap berdiri tegak meski angin bertiup kencang, tetap melangkah meski sering kali duri itu menusuk kulitnya, tetap bergerak meski kerikil tajam berusaha menghentikan langkahnya.
Dalam mewujudkan perubahan, kita pasti akan berhadapan dengan medan yang berat, rintangan dan tantangan yang amat melelahkan. Termasuk ketika kita ingin mengubah arah perjuangan para pemuda pastilah itu akan sangat menguras energi, membutuhkan perjuangan yang ekstra,dab waktu yang tidak sebentar. Beberapa tantangan yang akan kita hadapi dalam perjuangan ini di antaranya:
Pertama,keimanan pemuda yang rapuh, ini terjadi karena jauhnya pemuda dari pemahaman Islam kaffah, efek dari buruknya pengasuhan orang tuanya. Pengasuhan yang tak lagi sejalan dengan Islam, benar-benar telah meluluhlantakkan fondasi keimanan mereka
Kedua, terjadinya sekulerisasi di bidang pendidikan sehingga kurikulum pendidikan hari ini berjalan berseberangan dengan sistem pendidikan Islam.
Ketiga, masyarakat yang abai dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas pemuda. Ini disebabkan tumbuh suburnya sikap individualis di tengah masyarakat.
Keempat, negara yang kurang berkontribusi dalam memfasilitasi pemuda untuk mengoptimalisasi potensi mereka sehingga pemberdayaan potensi pemuda tidak maksimal.
Inilah tantangan yang akan kita hadapi di tengah-tengah masyarakat. Tantangan ini tidak bisa kita singkirkan tanpa adanya upaya yang serius dalam merumuskan sandi perubahan untuk mewujudkan kebangkitan.
Sandi Perubahan Hakiki
Adapun empat sandi untuk mewujudkan perubahan hakiki yang harus dimiliki oleh pemuda muslim di antaranya adalah:
1. Kesadaran tentang realita yang buruk
Ghirah pemuda untuk melakukan perubahan tidaklah bisa dipisahkan dari kesadaran tentang realita yang ada ditengah masyarakat. Pengkajian tentang fakta amatlah diperlukan agar menjadi dorongan untuk melakukan perubahan.
Bila melihat kondisi umat Islam di Indonesia maupun kondisi umat Islam di negeri-negeri Islam lainnya maka akan kita dapati kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. Penjajahan asing dan aseng di segala aspek, hancurnya akhlak pemuda, meningkatnya angka kriminalitas dikalangan pemuda. Kondisi buruk ini tentu tidak lepas dari raibnya institusi politik kaum muslimin, yakni Khilafah Islamiyah.
2. Kesadaran tentang Realita Ideal
Ketika kesadaran tentang realita yang buruk sudah terbentuk. Maka ghirah perubahan kepada realita ideal harus semakin membara, semangat perubahan semakin menggelora dalam jiwa. Untuk mencapai realita ideal, perubahan yang harus dilakukan mesti mengarah pada hilangnya akar permasalahan yang menyebabkan realita buruk itu terus bercokol. Artinya perubahan yang dilakukan harus mampu menyingkirkan hegemoni negara penjajah dan ideologi kapitalismenya dari negeri-negeri Islam. Dan tidak ada cara lain untuk menyingkirkan hegemoni penjajah selain mengembalikan kekuatan politik kaum muslim yang akan menjadi junnah dan periayah umat.
Harus disadari bahwa realita ideal (umat berada dalam kebaikan) hanya akan bisa dirasakan ketika institusi politik kaum muslim terwujud kembali.
3. Kesadaran tentang Thariqah Perubahan Hakiki
Tak dimungkiri, semua pemuda menginginkan perubahan. Ini bisa kita lihat pada menggeliatnya komunitas hijrah di kalangan pemuda. Namun kadangkala upaya yang mereka lakukan untuk perubahan itu buntu, bahkan gagal, hingga tak sedikit yang berbalik arah. Benar, perubahan itu memang membutuhkan perjuangan, agar perjuangan itu tak menjadi sesuatu yang sia-sia maka haruslah mengikuti metode perubahan yang benar.
Sebagai pemuda muslim yang dalam aktivitasnya tidak boleh bergeser dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, sudah seharusnya menjadikan Rasulullah saw. sebagai teladan, termasuk dalam metode perubahan hakiki. Dalam perjuangan Rasulullah saw., ada dua hal penting yang menjadi acuan, antara lain:
Pertama, pembinaan yang dilakukan kepada umat agar mereka mampu terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk ikut berkontribusi mengubah kondisi buruk yang ada ditengah masyarakat.
Kedua, target perubahan yang dilakukan Rasulullah saw. adalah perubahan sistem (tatanan kehidupan). Hal ini terlihat jelas ketika Rasulullah tak hanya mengajak untuk memeluk Islam. Namun, juga diarahkan untuk mewujudkan masyarakat Islam, yakni mengganti sistem jahiliah dg sistem Islam. Karena hanya dalam sistem Islamlah seluruh aturan Allah swt bisa diterapkan secara kaffah.
4. Adanya Kelompok Partai Ideologis
Perjuangan untuk mewujudkan perubahan ke arah Islam adalah tugas yang berat. Meski pemuda berada pada posisi yang kuat, tidak mungkin bisa melakukan perubahan hanya mengandalkan kekuatan personal. Maka keberadaan partai Islam ideologis haruslah ada. Partai merupakan wadah yang menghimpun pemuda muslim dan seluruh umat Islam dalam sebuah kelompok untuk melakukan dakwah secara berjamaah dan terorganisir. Di mana keberadaan para anggotanya hanya untuk menjadi penjaga Islam terpercaya, tidak mengharap balasan apapun kecuali rida Allah semata. Sebab, mereka yakin bahwa ketika mereka menjadi bagian dari penolong agama Allah, maka Allah akan menolong segala urusannya.
Inilah empat sandi perubahan yang harus dilakukan pemuda agar mampu mendobrak benteng kezaliman dan kemungkaran yang berdiri di atas asas idelogi kufur. Menggantinya dengan kegemilangan peradaban Islam yang mengantarkan manusia pada keberkahan. Keempat sandi ini akan mencapai kesempurnaannya bila disandingkan dengan kekuatan utama pemuda muslim, yakni kekuatan iman, keyakinan akan janji Allah Swt. untuk kemenangan Islam.
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amalsaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)
Wallahu a’lam bisshowab.