Penderitaan Umat Akibat Sekat Nasionalisme

0
354

Oleh: Eki Efrilia

Linimasanews.com—Departemen Imigrasi Malaysia (Jabatan Imigresen Malaysia/JIM) pada 9 Februari 2023 merilis di laman Facebooknya foto-foto perkampungan ilegal di wilayah Nilai, Negeri Sembilan. Isinya, ada 67 warga negara Indonesia (WNI) yang tak berizin tinggal, 36 di antaranya masih anak-anak. Penggerebekan perkampungan ilegal itu dilakukan pada 1 Februari lalu dalam rangka Operasi Penegakan Terpadu.

Diperkirakan, kampung tersebut sudah berdiri bertahun-tahun. Untuk memenuhi kebutuhan makannya, mereka menanam jagung dan memelihara ayam. Di sana ada juga sekolah darurat yang didirikan untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Pemerintah Malaysia akhirnya membakar kampung tersebut dan menahan 67 orang penduduknya. Belum ada kejelasan kapan mereka akan dideportasi ke Tanah Air (Kompas.com, 12/2/2023).

Dalam era kapitalisme, lumrah bila ada orang yang terusir dari sebuah wilayah negara tertentu karena dianggap merupakan warga negara lain. Sebab, setiap orang asing harus mengantongi surat izin tinggal sementara, yaitu dengan mempunyai paspor atau visa bila berada di negara lain. Tentu saja pengurusan surat izin ini berbayar dengan biaya yang tidak murah, termasuk juga harus melalui birokrasi yang rumit.

Inilah yang menjadi kendala bagi kaum papa saat ia ingin mengadu nasib ke negara lain. Sementara, di negerinya sendiri, mereka kesulitan mendapat pekerjaan dengan upah yang layak.

Bisa diprediksi, inilah permasalahan yang juga dihadapi ke-67 WNI tersebut. Mereka ingin mendapat kehidupan yang lebih layak di Malaysia. Lapangan kerja yang sempit di Indonesia membuat mereka kesulitan mencari kerja.

Sangat miris. Sebab, Indonesia dan Malaysia adalah negeri serumpun yang secara fisik tidak bisa dibedakan mana orang Malaysia dan mana orang Indonesia karena sebagian besar penduduknya adalah sama-sama keturunan Melayu. Dari segi bahasa pun, tidak jauh berbeda. Bahasa Indonesia juga turunan dari bahasa Melayu. Dari segi agama pun, sama-sama mayoritas Islam.

Sayangnya, ada sekat nasionalisme yang merupakan turunan dari kapitalisme memisahkan kedua negara. Kapitalisme membuat hubungan antarbangsa ini jadi tidak mudah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Sementara dalam Islam, tidak dikenal adanya sekat nasionalisme ini. Karena, menurut Islam, setiap Muslim itu bersaudara. Seperti Firman Allah dalam surah al-Hujurat ayat 10,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

Banyak hadits yang menguatkan bahwa kaum Muslim wajib saling menyayangi satu sama lain, menolong bila ada saudaranya yang menderita. Abu Musa Al-‘Asy’ari berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pernah bersabda, “Antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam pernah menegaskan dalam sabdanya, “Ketahuilah tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab, tidak pula sebaliknya. Tidak juga bagi orang yang berwarna kulit merah dengan yang berwarna hitam, atau sebaliknya melainkan (keutamaan itu didapat) dengan ketakwaannya”. (HR Ahmad)

Jadi, Rasulullah menegaskan bahwa tidak ada keutamaan apa pun dari sisi manusia di hadapan Allah, kecuali atas rasa taqwa mereka kepada Allah. Berarti jelas, Islam tidak pernah membeda-bedakan umat-Nya dari ras atau bangsa apa pun. Hal ini semakin mempertegas bahwa sekat kebangsaan itu tidak pernah diajarkan dalam Islam.

Ada Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang sangat masyhur yang mengingatkan adanya kewajiban ta’awun atau saling tolong di antara kaum Muslim, yaitu: “Perumpamaan orang mukmin dalam mencintai, menyayangi dan saling menaruh simpati diantara mereka seperti satu jasad, jika ada anggota tubuh yang merasa sakit maka akan menjadikan seluruh tubuhnya ikut terjaga dan merasa sakit.” (HR. Bukhari Muslim)

Ajaran yang sangat mulia, bukan? Sayangnya, sistem kapitalisme menggerus rasa kasih sayang di antara kaum Muslim. Hanya karena adanya sekat nasionalisme seperti pada kasus di atas, mereka dengan tega mengusir sesamanya dengan alasan permasalahan ketiadaan izin tinggal. Padahal, ‘saudara’nya itu sedang mencari tempat yang layak untuk mencari sesuap nasi.

Sudah saatnya Islam kembali dijadikan sebagai sistem kehidupan yang akan memberi kesejahteraan dan keselamatan penduduk bumi, seperti masa kejayaan Khilafah Islam dahulu, saat sangat sulit ditemukan fakir miskin untuk diberi zakat.

Artikulli paraprakBBM Dicuri, Pertamina Rugi? Bukti Kegagalan Sistem Kapitalisme
Artikulli tjetërGaes, Minyak Goreng Langka Dan Mahal Lagi, Apa Solusinya?
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini