Penyebab Masjid Mati Suri

0
224

Oleh: Novianti

Linimasanews.com—Pekan lalu band negeri ginseng Blackpink digelar dengan sangat spektakuler di Jakarta. Tiket yang harganya mahal tetap habis terjual. Padahal jika ditotal dengan biaya perintilannya seperti biaya transportasi, light stick, makan minum, bisa menghabiskan lebih dari lima juta rupiah per orang untuk sekali konser.

Penggemar Blackpink memang dikenal loyal. Mereka berasal dari kalangan muda dan tua, rakyat biasa sampai pejabat negara. Tak heran, sederet artis hingga keluarga menteri hadir dalam konser yang merupakan bagian dari rangkaian tur dunia Blackpink yang diselenggarakan sejak Oktober 2022.

GBK tempat berlangsungnya acara pecah sehingga pengamanannya juga luar biasa. Ada 1022 personel pengamanan dikerahkan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan tim keamanan merupakan gabungan dari berbagai unsur yang terdiri dari 932 personel Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat, 30 personel TNI serta 60 personel dari pemda (Kompas.com, 12/03/2023).

Konser Ramai, Masjid Sepi

Gelombang K-Pop memang mewabah di berbagai negara. Setiap konsernya pasti ramai dan dipadati oleh penggemarnya. Indonesia negara paling banyak membahas K-Pop sepanjang 2021. Mereka yang umumnya dari kalangan anak muda rela menggelontorkan banyak uang demi menonton konser.

Namun, sambutan anak muda berbanding terbalik ketika diajak kajian ke masjid. Seperti yang diberitakan (republika.co.id, 14/03/2023).

Masjid kampus UI semakin sepi. Menurut laporan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus, masjid-masjid kampus mengalami kelesuan. Kegiatan syiar Islam di 460 LDK mengalami penurunan. Secara kasat mata pun bisa dilihat yang meramaikan masjid kebanyakan dari kalangan orang tua baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan.

Sepinya kehadiran anak muda di masjid harus menjadi perhatian. Jika anak-anak muda lebih banyak berkumpul di konser-konser, gaya hidup liberal yang akan lebih mewarnai. Berimbas makin maraknya pergaulan bebas, kehamilan di luar nikah dan berbagai kemungkaran. Negara secara perlahan pasti akan rubuh. Ketahanan keluarganya lemah, jiwa anak mudanya rapuh, masyarakatnya sakit.

Ini akibat dari penerapan sistem kapitalis yang menjadikan siapa pun mengalami disorientasi. Penguasa lupa dengan tugasnya melayani rakyat, orang tua sibuk mengejar materi, anak muda miskin visi misi sehingga tumbuh menjadi generasi imma’ah atau pembebek, mengikuti apa pun yang sedang viral tanpa memikirkan halal atau haram.

Penyebab Masjid Sepi

Dilihat dari timbangan manfaat, menonton konser K-Pop tidak memberikan keuntungan apapun kecuali untuk kesenangan sesaat. Namun, anak-anak muda rela membayar mahal, sekadar ikut-ikutan serta tidak memikirkan bahwa yang dilakukan akan merugikan baik secara materi dan akhirat. Tidak mempertimbangkan setiap perbuatan pasti akan dimintai tanggung jawabnya oleh Allah SWT.

Ketika diajak memakmurkan masjid, kalangan anak muda tidak antusias bahkan bisa jadi datang hanya pada saat dua hari raya besar Islam yaitu hari Idulfitri dan Iduladha. Masjid dipandang sebagai tempat yang tidak relevan dengan kehidupan dan masa depan, mereka tidak membutuhkan. Bahkan, terlalu lama di masjid dapat mengurangi produktivitas.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tiket konser diburu sementara tiket surga tidak laku alias masjid sepi peminat:

Pertama, orang tua tidak mengenalkan pada anak pentingnya masjid sebagai bagian dari tumbuh kembangnya. Ketika pergi salat berjamaah, anak tidak diajak serta sehingga mereka tidak mengenal adab di masjid. Proses kaderisasi mencintai masjid tidak dilakukan dalam keluarga. Di sisi lain, masih ada pengurus masjid yang tidak ramah kepada anak. Mereka dianggap sebagai gangguan yang dapat merusak kekhusyuan beribadah.

Kedua, waktu anak muda sudah tersedot oleh berbagai kegiatan kampus sehingga interaksi sosial dan kegiatan kemasyarakatan nyaris sedikit. Dengan penerapan pendidikan sekuler, anak-anak muda mengalami disorientasi. Mereka fokus pada target selesai kuliah dan mencari uang. Mereka bagai menara gading, gagap ketika berhadapan dengan berbagai problem sosial masyarakat.

Ketiga, orang tua dan anak enggan aktif di masjid karena khawatir dengan narasi yang dibangun oleh penguasa terkait isu radikalisme. Himbauan agar masyarakat berhati-hati dengan adanya penyusupan radikalisme di masjid-masjid, mewaspadai anak-anak muda yang menguasai bahasa Arab dan good looking, makin menciutkan semangat anak muda untuk aktif di masjid.

Keempat, negara tidak adil terhadap warganya. Pengamanan dilakukan optimal bagi penyelenggaraan sebuah konser sedang pembubaran kajian di masjid tanpa alasan dibiarkan negara. Anak-anak berprestasi dalam ilmu Al-Qur’an tidak mendapat perhatian, sedang anak yang jago dansa diberi penghargaan.

Kelima, peranan masjid di-down grade sebagai tempat ibadah ritual saja. Masjid dipisahkan dari kehidupan negara dan masyarakat. Narasi berhenti bicara politik di masjid membuat masjid kehilangan daya tariknya bagi anak-anak muda. Mereka datang ke masjid pada waktu-waktu salat saja karena tidak dibuka peluang yang dapat melejitkan potensi agar bisa berkontribusi umat

Generasi Izzah vs Generasi Imma’ah

Bangunan yang pertama kali Rasulullah didirikan di Madinah saat Daulah Islamiyyah terbentuk adalah masjid. Ini menunjukkan masjid menempati kedudukan penting. Masjid tidak hanya sebagai tempat salat, tetapi juga untuk membina umat, membagi harta rampasan perang, berlatih dalam rangka persiapan jihad, dan menyelesaikan segala persoalan umat. Masjid memiliki multifungsi sehingga memiliki daya tarik bagi siapapun untuk menyibukkan diri di dalamnya.

Tak heran, dengan pengoptimalan fungsi masjid, Rasulullah melahirkan para sahabat dari kalangan anak muda dengan berbagai kemampuan. Ada Ali bin Abi Thalib, Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Usamah bin Zaid dan sederet sosok-sosok hebat lainnya. Dari masjid, lahir generasi izzah, yang kuat berpijak pada kebenaran, mengabdikan diri semata untuk kemuliaan Islam, tidak mudah terpalingkan oleh hal-hal yang dapat melalaikan.

Tidak seperti dalam sistem sekuler kapitalis sekarang yang melahirkan generasi imma’ah dengan ciri sebagaimana sabda Rasulullah saw. Dari Hudzaifah berkata Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kalian menjadi imma’ah. Kalian berkata, jika orang-orang baik, kami pun ikut baik. Dan jika mereka dzalim kami pun ikut dzalim. Tetapi, siapkan diri kalian (untuk menerima kebenaran dan kebaikan). Jika orang-orang baik, kalian harus baik dan jika mereka rusak kalian jangan menjadi orang dzalim.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah menjadikan masjd sebagai basis kekuatan politik untuk pengurusan umat. Ini terus berlangsung pasca wafatnya Rasulullah Saw. Masjid bertambah banyak ketika wilayah Islam bertambah luas. Masjid terkait dengan pergantian kepemimpinan di masa khulafaur rasyidin salah satunya sebagai tempat untuk membaiat. Rakyat menyampaikan kerelaannya untuk dipimpin dan siap mentaati pemimpin yang menerapkan syariah Islam.

Peranan masjid akan terus tergerus dalam sistem sekuler kapitalis. Inilah penyebab utama mengapa masjid mati suri. Untuk mengembalikan peranan masjid secara optimal dan melahirkan generasi izzah hanya dengan menerapkan sistem Islam Kaffah. Berbagai lapisan masyarakat akan berbondong-bondong meramaikan dan berlomba dalam kebaikan untuk mengagungkan kalimat Allah di muka bumi.

Artikulli paraprakAda apa dengan BUMN?
Artikulli tjetërMenyoal Gaya Hidup Hedon Pejabat
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini