Oleh: Novriyani, M.Pd.
(Praktisi Pendidikan)
Allah mencela orang-orang yang berpaling dan mencari agama selain agama Allah. “Bisa jadi saat mereka hidup, mereka bebas bicara, tetapi mereka pasti mati dan akan diadili di hadapan Allah dengan hukum Allah.” (K.H. Rochmat S. Labib).
Linimasanews.com—Pernyataan yang diungkapkan oleh Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman menuai kontroversial dan menjadi perbincangan publik. Pasalnya, Letjen TNI tersebut mengungkapkan bahwa semua agama adalah benar di mata Tuhan. Diketahui Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman melaksanakan kunjungan kerja ke Batalyon Zeni Tempur (Yon Zipur) 9/Langlang Buana Kostrad di Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Beliau menyampaikan pesan kepada para prajuritnya untuk menghindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan (Tribunnews.com, 17/9/2021).
Pernyataan ini ditanggapi oleh berbagai kalangan politisi. Salah satunya Wakil Ketua MUI Anwar Abbas yang berkomentar atas pernyataan tersebut. Beliau mempertanyakan hal mendasar Tuhan tentang agama mana yang menganggap bahwa semua agama sama di mata-Nya. Dalam hal ini, Jenderal Dudung telah menyimpulkan sesuatu yang memang tidak sama, kemudian dikatakan sama. Padahal setiap agama memiliki Tuhan, kitab, dan cara ibadah masing-masing. Setiap agama juga memiliki keyakinan bahwa agamanyalah yang benar.
Sungguh, pernyataan yang telah menyimpang dan melenceng dari akidah. Jika suatu agama dapat dikatakan sama, maka ini berarti setiap agama memiliki Tuhan yang sama juga. Jika setiap agama dikatakan sama, lalu mengapa ada sebutan orang kafir dan orang beriman? Seolah ungkapan tersebut tidak salah karena akibat menimbang dari sudut pandang kebangsaan bukan agama. Lantas, apakah kita yang sebagai muslim tetap meyakini hal ini yang menganggap semua agama sama?
Sebagai seorang muslim, kita menyadari bahwa paham yang menyatakan semua agama adalah benar (pluralisme) adalah produk Barat. Pluralisme terus digaungkan untuk merusak akidah umat. Dengan dalih toleransi dan menghargai perbedaan setiap umat beragama. Mereka mengklaim semua agama sama dan tidak boleh merasa bahwa agamanya yang paling benar. Inilah narasi toleransi kebablasan yang menciptakan kerusakan akidah di tengah-tengah umat.
Upaya Barat untuk terus meracuni umat Islam dengan berbagai paham isme. Seperti halnya pluralisme merupakan bentuk dari perjuangan Barat untuk terus menjauhkan ajaran Islam dari kehidupan. Ketika Islam tidak lagi ada dalam tubuh umat, maka tidak akan terwujud suatu kebangkitan Islam.
Dalam sistem demokrasi, masyarakat dilarang untuk fanatik terhadap agama. Masyarakat diminta untuk beragama biasa-biasa saja. Jika cenderung lebih taat beragama, maka akan dicurigai dan dianggap radikal. Setiap orang dituntut tetap harus menjaga nilai-nilai kebangsaan dan toleransi dalam beragama.
Sedangkan dalam Islam, akidah merupakan kunci keselamatan bagi orang-orang yang beriman terhadap Allah SWT. Jika akidah seorang muslim rusak dengan berbagai paham dari Barat, termasuk mengakui bahwa semua agama itu benar, maka seorang muslim dapat jatuh ke dalam kekafiran, kefasikan, bahkan kemusyrikan. Allah SWT. berfirman:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (TQS. Ali-Imran: 85)
Allah SWT. mengingkari melalui firman-Nya terhadap orang yang menghendaki sebuah agama selain agama Allah yang diturunkan melalui kitab-Nya dengan perantara para rasul yang diutus-Nya. Agama Allah itu adalah yang memerintahkan hanya menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua makhluk yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka maupun terpaksa. Sehingga, umat harus sadar, akidah dan syariat Islam merupakan kunci kebangkitan Islam. Dengan berpegang teguh kepada keduanya, umat akan tampil sebagai umat terbaik yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a’lam.