Polemik Suara Azan, Imbas Ketiadaan Daulah Islam

0
733

Oleh: Bazlina Adani (Mahasiswi UMN AW Medan)

Linimasanews.com—Sejumlah media asing baru-baru ini tampak menyoroti suara azan di DKI Jakarta yang dianggap berisik. Sontak saja hal itu tak bisa diterima, hingga akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara. Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan sangat menyayangkan pemberitaan tersebut. Menurutnya, saat ini sudah ada pengaturan pengeras suara Masjid seperti yang disampaikan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) (Poskota.co.id, 15/10/2021).

Polemik suara azan berkumandang bukan menjadi hal baru yang terjadi di negeri ini. Azan yang merupakan seruan (panggilan) bagi kaum Muslim untuk menunaikan kewajiban shalat, namun justru ditanggapi miring oleh media asing. Kali ini media asing begitu lancang menyampaikan keberatannya terhadap suara azan, bahkan sudah secara terang-terangan mengekspos pandangan negatifnya terhadap syi’ar Islam di negeri mayoritas muslim ini.

Hal ini tidak lain merupakan pandangan kebencian mereka terhadap Islam dan penganutnya. Karenanya, mereka senantiasa menyulut api permusuhan dengan menyerang ajaran-ajaran maupun simbol Islam dari segala sisi.

Di saat yang sama, di negeri muslim minoritas, Al-Qur’an pun bahkan tidak boleh diakses hingga perangkat teknologi dibatasi menyajikan konten-konten islami. Belum lagi, penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW yang merebak sampai ke wilayah Eropa. Kejadian ini menandakan massifnya perlawanan para kafir Barat untuk menyerang ajaran Islam yang mulia dan ingin menghancurkan eksistensi agama ini yang mungkin dianggap sebagai sebuah ancaman.

Semua ini dampak dari umat yang tidak mempunyai wibawa dan tidak ada pemimpin yang menerapkan Islam kaffah. Ketiadaan sebuah negara yang memberlakukan aturan Islam dalam kehidupan bernegara menjadi malapetaka bagi dunia dan kaum Muslim. Karenanya, orang-orang yang membenci Islam dengan mudahnya memberikan serangan yang meluluhlantakkan persatuan kaum Muslim. Muslimin tidak lagi mendapatkan perlindungan ketika ajaran, simbol, serta syi’ar Islam dinistakan, lantaran sekat-sekat nasionalisme yang semakin menggema.

Beginilah kondisi Islam dan kaum Muslim saat ini sejak runtuhnya pelindung Muslimin, yakni Daulah Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924. Sejak khilafah diruntuhkan dan eksistensinya dihilangkan, kaum Muslim tercerai-berai bak potongan roti yang siap disantap oleh siapa saja yang kelaparan. Mereka harus berjuang seorang diri ketika Islam mendapatkan tendensi buruk, baik penistaan maupun hinaan terkait ajarannya.

Kebebasan berpendapat yang sangat diagung-agungkan oleh negara yang menganut sistem demokrasi, menjadi dasar bagi para pembenci Islam untuk leluasa mengeluarkan protes mereka terhadap Islam maupun ajaran-ajaran Islam.

Tanpa khilafah, hilanglah perlindungan terhadap umat dan tiada penghormatan terhadap simbol dan syi’ar Islam. Berbagai stigma buruk mengarah kepada Islam serta penganutnya. Begitu juga narasi negatifnya.

Islam selalu menjadi sasaran empuk dari para pembenci. Mereka menstigma bahwa Islam adalah agama teroris yang senantiasa mengajarkan kekerasan. Orang-orang yang menjalankan syari’at-Nya yang kaffah dianggap radikal. Simbol dan syi’ar-Nya justru dijadikan sebagai momok yang seolah harus dipandang sebagai pandangan miring.

Ke mana kaum Muslim harus mencari pembelaan? Adakah pemimpin negeri Muslim yang berani mengecam dan menghentikan perhelatan terhadap syi’ar Islam? Akankah kondisi seperti ini terus-menerus menimpa Muslimin?

Tentu keadaan seperti ini akan berbeda jika sistem Islam kembali ditegakkan di muka bumi ini. Islam merupakan satu-satunya agama yang aturannya membawa rahmat bagi seluruh alam. Bahkan, ajarannya pun senantiasa memberikan warna yang baik bagi kehidupan bagi Muslim maupun non-Muslim yang hidup di bawah naungannya.

Selama kurang lebih 13 abad Muslimin hidup berdampingan dengan kaum kafir dzimmi (kafir yang tidak memusuhi Islam). Para pemimpin pada masa itu telah memberikan keamanan serta perlindungan bagi warga negaranya. Tentu pada masa itu pula tidak ditemukan adanya penolakan ataupun pandangan negatif terhadap simbol-simbol dan syi’ar Islam. Apalagi menjadikan suara azan sebagai sebuah polemik.

Oleh karenanya, Muslimin benar-benar membutuhkan junnah (pelindung) untuk menjamin kehidupan mereka. Juga mendapatkan pembelaan serta perlindungan terhadap Islam bila para pembenci Islam yang kemudian secara terang-terang melakukan penistaan dan merusak syi’ar-syi’ar Islam dengan tuduhan miring.

Tidakkah kita merindukan masa-masa kegemilangan Islam yang tertoreh oleh tinta emas sejarah bahwa sistem Islam pada masa itu menjadi mercusuar perdaban dunia?

Maka, sudah saatnya Muslimin sadar dan bangkit untuk berjuang demi tegaknya kembali sistem Islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah yang akan melindungi Islam, penganut, serta ajarannya. Dengan begitu, daulah Islamiyyah bukan hanya menjadi romantisme sejarah, tetapi akan memiliki independensi dan kewibawaan untuk melindungi kemuliaan Islam. Wallahua’lam.

Artikulli paraprakHari Santri Nasional Bukan Sekadar Seremonial
Artikulli tjetërPemimpin Penebar Rahmat
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini