Oleh: Junianti
(Pemerhati sosial)
Linimasanews.com—Sungguh miris perilaku generasi saat ini. Di mana hari ini generasi dirawat dan dididik dengan sistem sekuler yang akhirnya melahirkan generasi yang minim visi. Hal itu membuat mereka tidak mengerti hakikat hidup yang sesungguhnya. Pada akhirnya, mereka hanya sibuk mengejar dunia, eksistensi, serta harga diri. Sekularisme menjauhkan mereka dari agamanya sehingga terjerumus jauh ke dalam jurang kehancuran.
Sebagaimana yang dilansir Detik Sumut, Medan (11/01/2023), seorang remaja tertusuk panah di bagian dada kiri setelah ikut tawuran di Kecamatan Medan Belawan. Kini, remaja itu menjalani operasi bedah toraks di RSUP H Adam Malik. Sebelumnya diberitakan, Camat Medan Belawan, Subhan Fajri Harahap mengatakan tawuran antarwarga kembali terjadi di Medan Belawan. Aksi tawuran itu diwarnai saling lempar batu, hingga saling serang pakai panah dan senjata tajam.
Sebagaimana fakta yang sedang terjadi, generasi yang seharusnya menjadi tonggak perubahan menuju peradaban Islam, justru sebaliknya, para generasi bangsa semakin jauh dari agama dan kehilangan jati dirinya. Mereka sudah jauh terperosok ke dalam jurang kehancuran, menjadi generasi yang doyan maksiat, hobi tawuran, dan tidak beraturan.
Mereka hanya menyibukkan diri dengan kepentingan dunia, eksistensi, serta harga diri. Yang tampak justru hanya potret betapa bobroknya generasi saat ini. Hal ini diperparah oleh negara yang tidak memiliki visi untuk menyelamatkan generasi. Alih-alih melahirkan generasi milenial yang berpotensi dan memiliki visi, negara malah menjadikan generasi dikelilingi paham liberalisme.
Akibatnya, generasi mudah terombang-ambing dengan gaya hidup serba bebas, tanpa batas, tidak ada aturan, dan abai terhadap bahaya yang mengancam. Inilah bukti gagalnya sistem kapitalisme dalam mendidik generasi. Jika pemudanya saja sudah rusak, lalu siapa yang akan menjadi tombak perubahan peradaban, siapa yang yang akan berdiri di garda terdepan membela kebenaran?
Padahal, generasi muda adalah harapan bangsa menuju kebangkitan Islam, banyak harapan yang diberikan kepada generasi mereka dipercaya sebagai pembawa perubahan pada sistem yang benar. Lalu, bagaimana perubahan itu akan terwujud jika generasinya saja sudah rusak.
Hal ini berbeda dengan Islam dalam memandang kehidupan generasi. Dalam Islam, pendidikan merupakan hak bagi setiap kaum Muslim. Sebagaimana penjelasan dalam sebuah hadits, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim dan muslimah.” (HR. Baihaqi)
Tujuan dalam sistem pendidikan Islam adalah mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam dan membekali generasi dengan ilmu pengetahuan tentang kehidupan. Dalam pendidikan Islam, anak didik diarahkan untuk menjadi orang yang menguasai ilmu agama sekaligus sains dan teknologi.
Kurikulum berlandaskan aqidah Islam, bukan sekadar untuk mendapat nilai tinggi dan hanya sebatas persiapan kerja. Metode dalam pengajaran yang dilakukan adalah untuk membangkitkan kecerdasan dan memperbaiki perilaku anak didik.
Dalam hal pendidikan, negara memiliki peranan utama untuk memfasilitasi kebutuhan secara maksimal bagi rakyatnya. Sekolah sebagai fasilitas pendidikan yang diwajibkan negara diberikan dengan biaya yang sangat murah bahkan gratis.
Peran penting pelaksana pendidikan dalam Islam tidak hanya bertumpu pada guru di sekolah, akan tetapi orang tua sebagai pendidik pertama dan utama memiliki peran yang sangat penting. Karena, merekalah fondasi kepribadian anak akan kuat. Orang tua juga menjadi fondasi yang membentengi anak-anaknya dari pengaruh negatif dari luar.
Terbukti sistem pendidikan Islam mampu menjadi sistem pendidikan terbaik, berkualitas, dan cemerlang. Tak hanya berkualitas dari segi akademik, akhlak dan kepribadiannya pun luar biasa. Lahirnya para ilmuwan seperti Khawarizmi, Al Jabar, Ibnu Sina, dan sebagainya, telah menorehkan tinta emas betapa agung dan mulianya aturan Sang Khaliq yang telah melahirkan generasi terbaik.
Wallahu a’lam bishawwab.