Suara Pembaca
Rusia masuk ke dalam jurang resesi. Inilah yang terjadi pasca melemahnya ekonomi Rusia selama lebih dari satu tahun atau melemahnya dua kuartal berturut-turut. Salah satu lemahnya ekonomi ini ditandai dengan penurunan penjualan di 5.800 perusahaan Rusia, ketergantungan Rusia akan ekspor energi hingga mengambil 40% dari pendapatan negara, dan yang lainnya.
Resesi Rusia yang juga merupakan dampak dari perseteruannya dengan Ukraina harusnya menjadi evaluasi bagi Indonesia. Diketahui hingga kini, Indonesia masih tergantung pada impor dari beberapa komoditas termasuk komoditas pangan dan energi. Meski IMF memperkirakan ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh pada tahun 2023 nanti, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa kondisi perekonomian global sedang tidak baik-baik saja.
Kondisi perekonomian global yang rawan inflasi dan resesi merupakan dampak diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang juga berbasis kepada sektor ekonomi non riil. Negara penganut ekonomi kapitalis masih menjadikan saham, riba, fiat money dan sejumlah unsur lainnya dalam menjalankan roda ekonomi.
Padahal, dalam pandangan Islam, sistem ekonomi harus bertumpu kepada sistem ekonomi riil dan menggunakan mata uang berbasis emas dan perak. Hal ini karena emas dan perak memiliki nilai yang stabil sehingga mampu terhindar dari inflasi. Sedangkan riba di dalam sistem ekonomi juga merupakan hal yang harus dihindari karena merupakan sesuatu yang diharamkan dan dilarang keras oleh Islam. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 275:
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Oleh karena itu, adanya resesi Rusia seharusnya menjadi pelajaran penting bagi Indonesia agar tidak menjadikan sistem ekonomi kapitalis sebagai sistem ekonomi negara. Tak hanya itu, untuk menghindari resesi, Indonesia juga membutuhkan sistem pemerintah Islam yang memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan agar sesuai dengan syariat Islam.
Firda Umayah