Oleh: Maya Ernitasari
(Aktivis Muslimah Dakwah Kota Medan)
Linimasanews.com—Fitrah seorang wanita yang mampu untuk mengandung hingga dapat melahirkan dengan selamat adalah anugerah yang luar biasa yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala. Wajar jika kehamilan adalah hal yang menjadi dambaan setiap wanita yang ingin menjadi seorang ibu.
Dilansir Antara, Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Ulul Albab dalam konferensi pers IDI mengemukakan kepada seluruh tim dokter agar memiliki peran penting dalam menekan angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi di Indonesia, Ulul menuturkan angka kematian mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup dan belum ada solusi untuk mengatasinya (2/3).
Fenomena ini telah banyak mengundang perhatian, PBB misalnya, mengingatkan agar para pemimpin negara untuk dapat menekan angka kematian ibu (AKI), dengan perawatan kesehatan dan kesenjangan sosial dan ekonomi. Ironis, sistem ekonomi kapitalis saat ini sangat bertolak belakang dengan kesejahteraan dan Kemakmuran rakyatnya, di mana kesehatan dan ekonomi yang baik hanya khayalan belaka.
Sistem ekonomi kapitalis, telah dengan jelas menjauhkan fungsinya dari segala bentuk jaminan yang semua itu layak diterima oleh setiap individu dan menjadi tanggung jawab seorang pemimpin. Walhasil, semua kebutuhan yang menjadi penunjang kelangsungan hidup tak mampu memberikan hasil yang mencukupi, maka wajar jika kematian ibu (AKI) yang kian meningkat dikarenakan lalainya pemerintah dalam memberikan asupan yang layak diterima bagi para calon ibu.
Bagaimana dalam Islam?
Negara (daulah) wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyatnya, apalagi kepada para calon ibu. Sebab, mereka adalah perempuan-perempuan yang akan melahirkan generasi-generasi penerus peradaban mulia, sudah selayaknya menjadi prioritas negara.
Dalam Islam, segala pelayanan dan berbagai bentuk kebutuhan rakyat tidak dikomersilkan, maka semua itu dapat diberikan secara cuma-cuma, hingga kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat, tentu saja masalah AKI pun tidak mungkin terjadi.
Seorang pemimpin dalam naungan Islam akan mampu menggunakan kekuasaannya hanya untuk memutuskan segala persoalan bagi kepentingan rakyatnya, maka amanah dan tanggung jawab menjadi modal utama yang harus dipenuhi.
Pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab akan dengan segenap upaya untuk dapat memanfaatkan segala hasil kekayaan bumi dengan tidak berpangku tangan pada pihak asing. Pemimpin yang bijaksana tentu akan mengutamakan kepentingan rakyatnya terlebih utama.
Oleh karenanya, dari segala pengupayaan, semua itu akan melahirkan keberhasilan di segala bidang hingga pelayanan kesehatan dan pendidikan yang gratis. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam surat Sad ayat 26:
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Islam rahmat bagi seluruh alam. Oleh karenanya, kesejahteraan dan ketenteraman hanya akan dirasakan jika telah diterapkannya akidah dan syariat secara kaffah.