Sungguh Mulia Seorang Ibu dalam Pandangan Islam

0
1043

Oleh: Siti Khadijah Sihombing, S.Pd.
(Aktivis Dakwah, Pemerhati Keluarga Muslim, Anggota Komunitas Majelis Taklim Islam Kaffah)

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Ibu memiliki peranan yang sangat penting bagi anak. Panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung dari seseorang yang mengisi peranan ini, misalnya ibu tiri (Wikipedia).

Berdasarkan pengertian di atas, ibu adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seorang anak. Sebab, seorang ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Dari ibulah, seorang anak mendapatkan ilmu pertama sekali. Sifat seorang ibu juga bisa mempengaruhi sifat anak-anaknya.

Seorang ibu juga sangat mulia dari siapa pun dalam kehidupan seorang anak. Seorang anak harus memperlakukan ibunya dengan baik sebelum memperlakukan orang lain, termasuk ayahnya. Sebagaimana Hadis Rasulullah Saw. Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Berdasarkan hadis di atas, sudah jelas bahwa kedudukan ibu lebih mulia dari siapa pun. Tidak ada yang bisa menandingi jasa seorang ibu di dunia ini. Jadi jelaslah sudah, betapa mulianya seorang ibu.

Jasanya tidak terbalaskan. Kasih sayangnya tidak dapat tergantikan. Ibu adalah manusia yang paling harus didahulukan dari segalanya. Sebab, dia telah memberikan segalanya kepada anak-anaknya. Dia telah mengandung selama 9 bulan, melahirkan, menyusui, menjaga, merawat, dan mendidik anak-anaknya tanpa pamrih sedikit pun.

Tetapi, hari ini kebanyakan seorang ibu sudah sangat jauh dari kodratnya sebagai ummu wa rabbatul bait. Ibu tidak lagi ingin mulia dengan menjadi madrasah pertama dan memberi kasih sayang kepada anaknya. Sebab, hari ini seorang ibu sudah sibuk bekerja siang malam mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau hanya sekadar untuk menunjukkan bahwa dia juga bisa bekerja.

Semua ini bisa terjadi karena kita hari ini hidup dalam sistem kapitalisme yang menggaungkan kesetaraan gender bagi laki-laki dan perempuan. Sehingga, perempuan sudah terkontaminasi dengan pemikiran Barat kafir penjajah yang mengatasnamakan keadilan bagi para perempuan. Tujuannya agar mereka tidak dikucilkan dalam lingkungannya.

Dalam sistem kapitalisme, para perempuan harus bisa melakukan apa yang dilakukan laki-laki. Jika lelaki bisa bekerja, maka perempuan juga harus bisa. Jika lelaki bisa menikah sebanyak 4 kali, maka perempuan juga bisa. Jika lelaki menjadi pemimpin rumah tangga, maka perempuan juga bisa. Semua yang dilakukan kaum lelaki harus bisa dilakukan perempuan walaupun itu sudah menghancurkan harkat dan martabat seorang perempuan. Hal yang penting bagi mereka adalah keadilan dan kesetaraan agar tidak selalu teraniaya.

Parahnya lagi, para muslimah juga mengikuti ide-ide kufur ini karena mereka merasa terkekang dengan aturan yang berasal dari Allah. Mereka merasa menjadi ibu yang selalu di rumah adalah pekerjaan yang kolot dan tidak bisa menghasilkan uang. Menjadi terkekang dan selalu harus meminta uang kepada suami kalau tidak bekerja serta mereka juga merasa tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan.

Akibat dari semua ide kufur ini, seorang ibu berubah menjadi monster yang mengerikan. Hari ini kita bisa melihat seorang ibu rela menyiksa, bahkan membunuh anak-anaknya hanya karena persoalan sepele. Seorang ibu tidak lagi merasa iba dengan keadaan anak-anaknya, mereka hanya sibuk memikirkan diri mereka sendiri. Mereka memberikan dan mempercayakan semua urusan anaknya kepada asisten rumah tangga dan guru di sekolah. Saat mereka sudah merasa memenuhi kebutuhan anak-anaknya, maka lepaslah semua tanggung jawabnya.

Padahal, Allah sudah membuat aturan yang sangat memuliakan kaum muslimah. Kaum muslimah disuruh untuk menjadi pengurus rumah suaminya dan diberi ganjaran surga walaupun tidak menghasilkan uang. Sebab, sosok yang berkewajiban mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan istri adalah seorang suami.

Semua itu bukanlah pengekangan, tetapi itu adalah kemuliaan. Allah sebagai pencipta, Dialah yang paling tahu dengan kaum muslimah, baik fisik maupun sifatnya. Bekerja bagi kaum muslimah itu mubah (boleh) asalkan tidak meninggalkan tugasnya menjadi seorang ummu Wa rabbatul bait. Dalam Islam, seorang ibu sangat dimuliakan sebab tanggung jawabnya dalam merawat anak-anaknya. Sebab, tidak akan ada yang mampu menggantikan tugas mulia seorang ibu.

Maka, memperjuangkan kembali kehidupan Islam adalah sesuatu yang sangat penting dan genting hari ini supaya kaum ibu menjadi mulia dan berbangga dengan kewajibannya. Sebab, hanya dengan diterapkannya aturan Islam secara kaffah kemuliaan kaum ibu bisa kembali dirasakan. Kaum ibu juga akan menjadi bangga dengan tugas mulianya menjadi ummu wa rabbatul bait.

Wallahu a’lam bishowab.

Artikulli paraprakJangan Berhenti!
Artikulli tjetërIslam dan Pengembannya Dinista, Mengapa Tak Usai Jua?
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini