Oleh: Ning Alfiatus Sa’diyah, S.Pd.
(Pengasuh TPQ Darul Arqom dan Madin Nurul Mas’ud)
Reportase—Membahas dunia remaja memang tidak ada habisnya. Sebagai bentuk kepedulian terhadap berbagai kasus yang menimpa dunia remaja akhir-akhir ini, komunitas Smart With Islam (SWI) Bangil mengadakan acara Kajian Populer (KPop) bertajuk “Tukar Coklat or Ngajak Akad” pada tanggal 26 Februari 2023 di Green House (Wifaq’s Bonsai). Acara ini dipandu oleh Kak Nun.
Mengawali acara, Kak Nun menyampaikan fakta saat ini bahwa menjelang Hari Valentine penjualan coklat dan kondom banyak dijual dan habis dengan cepat. Karena, Hari Valentine adalah hari di mana pemuda-pemudi bebas melakukan seks dengan pasangannya yang itu bukan mahramnya dengan atas namakan hari kasih sayang.
Bukan dari Islam
Hari Valentine berasal dari Romawi kuno yang disebut dengan Festival Luperica. Di mana mereka meminta perlindungan kepada dewa luperica dari gangguan serigala. Cupid (The Desire) Putra Nimrod “The Hunter” Dewa Matahari disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
Pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari.
Kak Nun menjelaskan, generasi muslim benar-benar dibuat rusak oleh orang Barat agar umat Islam mengikuti budaya mereka seperti dalam perayaan Valentine. Bagi umat Islam sendiri haram hukumnya untuk mengikuti budaya mereka. Rasulullah sudah mengingatkan hal ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk salah seorang dari mereka.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabranî)
Bagian dari Serangan Budaya dan Pemikiran
Barat memiliki visi menjauhkan generasi Islam dari ajaran Islam itu sendiri. Ini sebagaimana pernyataan Samuel Zweimer, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.” (Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds, 1935).
Mirisnya, generasi Muslim saat ini menjadi generasi pembebek. Mereka begitu mudah menerima budaya Barat yang bertentangan dengan syariat Islam. Hal tersebut tidak lain akibat penerapan sistem sekuler saat ini. Islam tidak diberi ruang dalam mengatur kehidupan. Akibatnya, generasi muslim makin jauh dari ajaran Islam. Bahkan mereka lebih mengutamakan kesenangan duniawi, kepuasan syahwat, dan abai terhadap syariat Islam. Termasuk dalam pergaulan dengan lawan jenis.
Banyak generasi Islam yang terlibat pacaran dan pergaulan bebas. Dalam perayaan Valentine, generasi Muslim rela menukar kehormatannya dengan coklat daripada melangsungkan akad dengan dalih sebagai bukti cinta pada sang kekasih. Mereka lebih memilih memenuhi naluri mencintai lawan jenis dengan cara bermaksiat daripada taat pada syariat Allah. Nauzubillah.
Dalam Islam, pemenuhan naluri mencintai lawan jenis hanya bisa dilakukan melalui pernikahan. Rasulullah menyampaikan dalam sabdanya sebagai berikut.
“Hai sekalian pemuda, barang siapa di antara kamu yang telah sanggup melaksanakan akad nikah, hendaklah melaksanakannya. Maka sesungguhnya melakukan akad nikah itu (dapat) menjaga pandangan dan memelihara farj (kemaluan) dan barangsiapa yang belum sanggup hendaklah ia berpuasa (sunat), maka sesunguhnya puasa itu perisai baginya.” (Muttafaq Alaih)
Mencintai lawan jenis adalah sesuatu yang fitrah sebagai manifestasi gharizah nau’ (naluri mencintai). Islam telah memberikan seperangkat pengaturan dalam pemenuhannya. Antara lain menikah bagi yang sudah mampu, menjaga pandangan, menjaga pergaulan dengan tidak berkhalwat (berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram) dan tidak ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan untuk urusan yang tidak dibenarkan syariat). Bagi mereka yang belum siap menikah, Rasulullah memerintahkan berpuasa, meningkatkan taqarrub ilallah, melibatkan diri dalam aktivitas positif.
Lantas bagaimana semestinya menjaga dari cinta yang dilaknat oleh Allah?
Pertama, mengkaji Islam kaffah secara intensif. Aktivitas ini hukumnya wajib bagi setiap individu. Karena, hanya dengan mengkaji Islam secara kaffah, amal-amal kita bisa sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Kedua, pastikan kita memiliki sahabat bahkan juga komunitas yang selalu mendukung kita dalam beramal saleh. Ingat, lidi sehelai akan sangat mudah dipatahkan dibandingkan dengan seribu lidi yang diikat jadi satu. Jadi, pastikan bahwa kita bersama dengan pejuang-pejuang takwa lainnya agar istikamah sampai akhir hayat.
Ketiga, apa yang sudah kita pahami dan diamalkan, wajib hukumnya untuk dibagikan. Dengan begini, ilmu yang kita dapatkan akan makin melekat dan berlimpah berkah. Kebaikan demi kebaikan akan kita dapatkan. Demikian penjelasan Kak Nun mengakhiri penyampaian materi.
Wallâhu a’lam bi ashshawwâb.