TV Analog Dihentikan, Siapa yang Diuntungkan?

0
313

Oleh: Dian Sefianingrum, Mahasiswa

Linimasanews.com—Siaran TV analog resmi dihentikan oleh pemerintah lewat Kementerian Komunikasi Informatika dan menggantinya dengan siaran digital untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek) per Kamis, 3 November 2022.

Kebijakan yang tidak berlaku secara nasional dinilai double standard oleh Executive Chairman at MNC Group, Hary Tanoesoedibjo (HT). Diperkirakan 60 persen masyarakat di Jabodetabek tidak bisa lagi menikmati tayangan televisi analog, kecuali dengan membeli set top box (STB) atau mengganti televisi digital atau berlangganan TV parabola (Tempo.co, 04/11/2022).

Sementara Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menyatakan 98 persen masyarakat di Jabodetabek sudah siap menggunakan TV digital. Untuk masyarakat yang tidak siap, kementerian komunikasi dan informatika menyiapkan posko (Republika.co.id, 05/11/2022).

TV analog memakan sumber daya yang besar pada spektrum 700 MHz sedangkan TV digital hanya membutuhkan 176 MHz sehingga akan ada dividen digital 112 MHz. Adanya dividen akan digunakan untuk kepentingan lainnya seperti peningkatan kualitas internet 4G dan 5G, menambah besar peluang berkembangnya ekonomi digital, dan lainnya.

Teknologi dalam Pandangan Kapitalisme vs Islam

Perkembangan teknologi memang tidak bisa dipungkiri termasuk dalam bidang telekomunikasi. Jika dulu hanya berkutat pada korespondensi surat menyurat dengan teknologi modern yang serba digital semua akses informasi dapat dilihat dengan cepat dan lebih luas. Adanya perkembangan internet, TV digital, dan sebagainya menjadi bukti fisik perkembangan tersebut.

Sayangnya, tidak semua masyarakat dapat menjangkau perkembangan teknologi saat ini seperti transformasi TV digital. Masyarakat belum semuanya siap dengan perubahan ini. Pengamat Ekonomi Digital dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menilai masyarakat belum 100% siap menghentikan TV analog atau bermigrasi ke TV digital. Ketidaksiapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah faktor ekonomi.

Untuk bermigrasi TV analog ke TV digital sebagian masyarakat menengah ke bawah akhirnya terpaksa membeli Set Top Box (STB) alat konversi siaran TV digital. Tentu hal tersebut mengharuskan mereka merogoh kantong semakin dalam apalagi saat ini hampir seluruh sektor kebutuhan publik termasuk telekomunikasi juga menjadi bahan komersil. Layanan telekomunikasi tidak murni disediakan oleh pemerintah namun juga ada kendali industri.

Maka, adanya efisiensi frekuensi akan menguntungkan korporasi telekomunikasi seperti penilaian pengamat ekonomi Indef, Nailul Huda bahwa migrasi ini dapat menguntungkan dari sisi pengembangan telekomunikasi dari 4G ke 5G, meski hanya terbatas di daerah-daerah tertentu. Karena pita frekuensi bisa dipakai industri telekomunikasi. Alhasil, di balik gemerlap kecanggihan teknologi digital akan ada masyarakat yang tidak melek teknologi dan tetap harus berkutat dengan hidup berteknologi manual atau beban hidup mereka semakin bertambah hanya karena untuk mendapatkan layanan tersebut.

Inilah atmosfer kehidupan dalam sistem kapitalisme, pemilik teknologi adalah yang memiliki modal besar dan mayoritas mereka adalah swasta. Karena bagi kapitalisme, teknologi adalah komoditas ekonomi yang menguntungkan sehingga orang harus mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat menikmati teknologi. Akibatnya, lambat laun manusia dianggap tidak memiliki fungsi hanya karena mereka gagap teknologi (gaptek).

Sangat berbeda dengan sistem Islam yaitu Khilafah dalam memandang urusan teknologi. Faktanya, teknologi adalah instrument pendukung kehidupan. Sehingga semakin luas teknologi semestinya berbanding lurus dengan penyediaan lapangan kerja dan pengelolaan hidup yang membaik. Kondisi seperti inilah yang akan diciptakan oleh khilafah, sebab keberadaan khilafah adalah pelayan (rain) bagi warga negaranya.

Seperti kebutuhan telekomunikasi, dalam Khilafah kebutuhan tersebut merupakan salah satu jenis infrastruktur. Syekh Abdul Qadim Zallum dalam buku Sistem Keuangan Negara Khilafah menjelaskan bahwa sarana pelayanan pos, surat menyurat, telepon, kiriman kilat, teleks, sarana televisi, perantara satelit, dan lain-lain merupakan salah satu jenis infrastruktur milik negara yang disebut dengan marafiq.

Marafiq adalah bentuk jamak dari kata mirfaq yaitu seluruh sarana yang dapat dimanfaatkan di pedesaan, propinsi maupun yang dibuat oleh negara selama sarana tersebut bermanfaat dan dapat membantu. Marafiq ‘ammah adalah seluruh sarana umum yang disediakan negara agar dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Maka, perkembangan TV analog ke digital dan efisiensi pengguna frekuensi semata-mata akan dikembangkan untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi.

Pengembangan ini akan dibiayai oleh Khilafah yang dananya berasal dari Baitul Mal, pos kepemilikan negara. Sumber pos kepemilikan negara berasal dari harta usyur, kharaj, ghanimah, jizyah, dan sejenisnya. Tanggung jawab penuh dari Khilafah dalam menyediakan layanan telekomunikasi bagi publik akan membuat masyarakat siap dengan berbagai transformasi teknologi. Apalagi telekomunikasi sebagai salah satu perangkat media akan menjadi perhatian. Maka efisiensi frekuensi yang mempercepat perkembangan internet akan digunakan untuk kepentingan media.

Media dalam Khilafah memiliki peran strategis dalam melayani ideologi Islam. Di luar negeri, media Khilafah berfungsi menyebarkan Islam, baik dalam suasana perang maupun damai untuk menunjukkan keagungan ideologi Islam sekaligus membongkar kebobrokan ideologi kufur buatan manusia. Sehingga, semakin tampak kewibawaan Khilafah di kancah politik internasional. Sedangkan di dalam negeri, media digunakan sebagai sarana membangun masyarakat Islam yang kokoh yaitu mengedukasi umat dengan tsaqafah Islam, berita keseharian, ilmu sains dan teknologi maupun informasi politik dalam dan luar negeri.

Kemajuan teknologi adalah keniscayaan, termasuk perkembangan teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi mempermudah kehidupan manusia dalam menjangkau informasi. Namun, zaman sekarang teknologi menjadi bahan komersil sehingga untuk dapat merasakannya akan menambah beban hidup yang semakin pelik.

Sungguh, sangat berbeda jika dibandingkan dengan Islam, yang memandang perkembangan teknologi sebagai sarana yang dapat digunakan negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Maka, Khilafah akan bertanggung jawab menyediakan instrumen penyedia layanan tayangan media dan tidak akan membiarkan para pemilik kapital menjadi pengendali media informasi apalagi sampai membisniskannya dengan rakyat.

Artikulli paraprakDi Balik Efisiensi Frekuensi TV Digital
Artikulli tjetërKereta Cepat Tak Kunjung Tamat
Visi : Menjadi media yang berperan utama dalam membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhan mengembalikan kehidupan Islam. Semua isi berupa teks, gambar, dan segala bentuk grafis di situs ini hanya sebagai informasi. Kami berupaya keras menampilkan isi seakurat mungkin, tetapi Linimasanews.com dan semua mitra penyedia isi, termasuk pengelola konsultasi tidak bertanggungjawab atas segala kesalahan dan keterlambatan memperbarui data atau informasi, atau segala kerugian yang timbul karena tindakan berkaitan penggunaan informasi yang disajikan. Linimasanews.com tidak bertanggungjawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis yang dihasilkan dan disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik “publik” seperti Opini, Suara Pembaca, Ipteng, Reportase dan lainnya. Namun demikian, Linimasanews.com berhak mengatur dan menyunting isi dari pembaca atau pengguna agar tidak merugikan orang lain, lembaga, ataupun badan tertentu serta menjauhi isi berbau pornografi atau menyinggung sentimen suku, agama dan ras. Segala isi baik berupa teks, gambar, suara dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Linimasanews.com. Semua hasil karya yang dimuat di Linimasa news.com baik berupa teks, gambar serta segala bentuk grafis adalah menjadi hak cipta Linimasanews.com Misi : * Menampilkan dan menyalurkan informasi terbaru, aktual dan faktual yang bersifat edukatif, Inspiratif, inovatif dan memotivasi. * Mewadahi bakat dan/atau minat sahabat lini masa untuk turut berkontribusi membangun kesadaran umat tentang fakta kebutuhannya mengembalikan kehidupan Islam melalui literasi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini