Oleh: Ummu Irul
Cinta itu karunia Allah SWT untuk kita hamba-Nya. Setiap insan yang berhati nurani pastilah memiliki rasa cinta itu.
Banyak ragam rasa cinta yang menghinggapi insan di dunia ini. Ada cinta kepada sesama manusia. Ada cinta kepada lawan jenis. Laki -laki mencintai wanita, demikian pula sebaliknya. Ada cinta kepada harta dan tahta.
Meski cinta itu pemberian Allah SWT kepada hamba-Nya tanpa diminta, namun nikmat rasa cinta itu akan dimintai pertanggungjawaban. Kepada siapa rasa cinta itu ditujukan, untuk apa rasa cinta itu dicurahkan?
Sebab kecenderungan rasa cinta akan berbanding lurus dengan aktivitas yang dipilihnya.
Tatkala rasa cinta itu ditempatkan sesuai dengan perintah Allah SWT, maka itulah cinta yang benar. Itulah cinta menguntungkan dan berbuah surga. Seluruh aktivitas sang empunya rasa cinta, pastilah tertunjuki ke jalan yang diridhoi Allah.
Kebalikannya, saat cinta yang dirasa ditumpahkan kepada sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, maka jelaslah, dia sedang membangun jalan mulus menuju neraka. Seluruh aktivitasnya akan dipusatkan kepada apa yang dia cintai, dan hasilnya pastilah kerugian, baik di dunia maupun di akherat.
Sebagaimana fenomena yang kini marak di tengah-tengah umat, khususnya di kalangan kaum remaja. Mereka banyak terjebak pada cinta yang terlarang. Cinta kepada sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.
Sebagaimana yang terjadi di berbagai kota di negeri mayoritas Muslim baru-baru ini, sungguh menyesakkan dada. Misalnya di Kabupaten Magetan saja, para generasi muda/pelajar, baik yang duduk di bangku Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, berbondong-bondong mengajukan dispensasi pernikahan. Why? Pasalnya sebanyak 104 remaja usia sekolah tersebut telah hamil sebelum menikah. Astagfirullah! Begitu suburnya perzinahan di negeri ini, padahal mayoritas penduduk negeri ini muslim. Mengapa?
Tak mungkin ada akibat tanpa adanya sebab. Maraknya generasi muda yang melakukan pergaulan bebas yang berujung pada kehamilan sebelum menikah, adalah adanya virus sekulerisme yang menjamur di negeri ini. Pemikiran bahwa agama harus dipisah dari kehidupan (sekulerisme) ini, sungguh sangat rusak dan merusak.
Bayangkan! Jika seorang Muslim, tapi melakukan pacaran/zina. Muslim tapi suka tawuran, suka seks bebas, suka merampok, mencuri , suka menipu, suka meminum minuman keras, dan perilaku hina lainnya. Apakah hal itu tidak membuat kita mengelus dada?
Ini semua karena sekularisme yang terus digalakkan di negeri ini. Seorang Muslim sudah tidak takut berbuat maksiat. Karena dalam benaknya, “Yang penting saya masih beragama Islam.” Inilah pemikiran sekuler, STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan), istilah yang sudah populer di tengah-tengah umat.
Generasi muda melakukan aktivitas hina seperti di atas untuk menumpahkan rasa cinta mereka kepada sesuatu yang salah. Cinta kepada kemaksiatan. Astagfirullah.
Akankah kita biarkan, umat ini terus menjadi korban cinta yang terlarang? Menuruti kecintaan kepada hal yang dilarang oleh Allah SWT?
Padahal, Allah sudah mewanti-wanti terkait rasa ini. Sebagaimana firman-Nya:
قُلۡ اِنۡ كَانَ اٰبَآؤُكُمۡ وَاَبۡنَآؤُكُمۡ وَاِخۡوَانُكُمۡ وَاَزۡوَاجُكُمۡ وَعَشِيۡرَتُكُمۡ وَ اَمۡوَالُ ۨاقۡتَرَفۡتُمُوۡهَا وَتِجَارَةٌ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَ مَسٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَاۤ اَحَبَّ اِلَيۡكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَ جِهَادٍ فِىۡ سَبِيۡلِهٖ فَتَرَ بَّصُوۡا حَتّٰى يَاۡتِىَ اللّٰهُ بِاَمۡرِهٖ ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِيۡنَ
“Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Dari ayat ini sudah cetho welo-welo bahwa kecintaan kita kepada apa pun dan siapa pun tidak boleh melebihi kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka, menjadi PR besar kita hari ini untuk menyadarkan umat umumnya dan generasi muda khususnya, agar mereka tidak terjebak para iming-iming orang asing/luar Islam.
Mereka (orang asing) itu menghendaki agar kaum muslim itu jauh dari ajaran agamanya sedikit demi sedikit, sehasta demi sehasta. “Biarlah agama tetap Islam, tapi pemikiran dan perasaannya, harus jauh dari Islam,” begitu jurus mereka.
Marilah terus berdakwah, terus lantang mengucapkan, “Bangga ber-Islam kaffah agar generasi dan negara berkah, bahagia di dunia dan akhirat.”
Wahai, generasi muda! Engkaulah pemegang estafet peradaban yang gemilang! Janganlah terkungkung oleh pemikiran Barat yang membawamu ke neraka jahannam! Janganlah mencintai segala sesuatu yang mengantarmu menuju kehancuran!
Bergegaslah untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Mencintai segala sesuatu yang mengantarmu menuju cinta yang berbuah surga. Allahu Akbar!
Wallahu a’lam bish showab.